ESANDAR, Jakarta – Bursa Saham Asia turun lebih rendah pada perdagangan hari Kamis (25/01/2018) setelah dolar AS. melemah semalam, hal ini menekan saham Jepang yang bergantung pada ekspor.
Indek dolar A.S. turun ke tingkat yang terakhir terlihat pada tahun 2014, setelah Menteri Keuangan A.S. Steven Mnuchin mengatakan di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, bahwa “melemahnya dolar bagus untuk perdagangan.”
Penurunan tersebut mendorong Indek Nikkei yang sensitif terhadap mata uang, turun lebih rendah pada akhir perdagangan pagi. Jatuhnya sektor eksportir Jepang memperpanjang penurunan hari Rabu yang terpukul dengan penguatan yen, dimana saham Sony turun 2%.
Pada perdagangan USDJPY berada di ¥ 109,20, versus ¥ 110 pada hari Rabu. Pelemahan Dolar AS terus meluas. Bahkan dengan Yuan Cina, Dolar AS melemah ke posisi terlemah sejak September di 6.3415.
Sebagian besar investor global mulai merasakan kelebihan memiliki dolar dan melepasnya. Beralih ke mata uang lain dimana suku bunganya lebih tinggi. Posisi itu, memberi tekanan lebih lanjut pada Dolar AS.
Pada perdagangan komoditi minyak berjangka, terjadi kenaikan kembali setelah semalam naik, menyentuh level tertinggi tiga tahun baru. Harga minyak Brent naik 0,6% ke $ 70,93 per barel, yang memberikan dukungan untuk saham energi di Australia. Woodside Petroleum, perusahaan energi terbesar di negara tersebut, naik 0,4%.
Penambang Australia yang besar BHP Billiton BHP dan Rio Tinto naik masing-masing lebih dari 1% karena harga logam menguat. Harga Emas berjangka A.S. berakhir pada level tertinggi 17 bulan pada hari Rabu.
Saham-saham Cina yang terdaftar di bursa Hong Kong ikut turun, seiring dengan penurunan Indeks Hang Seng yang turun 0,5%, dan indek Shanghai mengalami penurunan yang sama.
Diantara penurunan ini, bursa saham Korea mampu bangkit. Indek Kospi Korea Selatan, naik 0,8% ke jurang rekor intraday sejak November lalu. Data ekonomi Korea Selatan menunjukkan bahwa produk domestik bruto (PDB) kuartal keempat secara tak terduga turun 0,2% dari kuartal ketiga. Saham Samsung memimpin kenaikan, dengan naik 1,2%. (Lukman Hqeem)
Bank Sentral Eropa dijadwalkan mengadakan pertemuan kebijakan pertama tahun ini lusa nanti. Diperkirakan ECB tidak akan mengubah suku bunga, namun pelaku pasar akan mengkritisi pidato Presiden ECB Mario Draghi untuk tanda-tanda baru kebijakan yang lebih hawkish.
Sementara itu, Société Générale mengatakan bahwa pertemuan ECB pada Desember lalu tampaknya lebih menarik dari yang diperkirakan, karena mengungkapkan prospek ekonomi yang sangat positif. (Lukman Hqeem)