ESANDAR, Jakarta – Laporan tenaga kerja AS yang menggembirakan di hari Jumat berhasil mengurangi kekhawatiran tentang perang perdagangan, setidaknya untuk sementara.
Peningkatan lapangan kerja sebanyak 313.000 menjadi kejutan positif karena data ini melampaui ekspektasi tertinggi sekali pun yaitu 300.000 menurut survei Reuters. Walaupun para pekerja mungkin tidak gembira dengan kenaikan upah rata-rata per jam sebesar 0.1% saja, namun perusahaan dan pasar menyambutnya dengan gembira.
Alasannya adalah peningkatan upah yang tidak terlalu besar menandakan Fed masih tetap memiliki “keleluasaan” di pasar tenaga kerja sehingga masih ada jalan bagi Fed untuk melaksanakan tiga kenaikan suku bunga di tahun 2018, bukan empat. Kombinasi antara data ekonomi yang baik dan inflasi yang terbatas adalah faktor utama untuk mempertahankan pasar bullish.
Sementara itu, Indeks NASDAQ mencatat rekor tertinggi terbaru pasca rilis laporan tenaga kerja hari Jumat. S&P 500 menguat 10% dari lembah yang tercatat pada 9 Februari, dan pasar pendapatan tetap pun tidak tampak gelisah, terlihat dari imbal hasil obligasi 10 tahun yang masih berada jauh dari level penting 3%. Kenaikan selera risiko menular ke pasar Asia di hari Senin. Nikkei 225, Hang Seng, dan Kospi semuanya menguat lebih dari 1%.
Faktor lain yang meningkatkan selera risiko pekan lalu adalah Trump setuju untuk bertemu kepala negara Korea Utara, Kim Jong Un, walaupun menurut saya ini tidak akan berpengaruh untuk para investor pasar modal. Berita bahwa AS telah membuka jalan untuk lebih banyak pengecualian tarif baja dan aluminium hari Jumat mengindikasikan bahwa perang perdagangan belum akan terjadi. Tampaknya target Trump saat ini bukan Kanada, Meksiko, atau Uni Eropa, melainkan Cina. Menteri Perdagangan Cina, Zhong Shan, mengatakan Cina tidak ingin perang dagang terjadi. Zhong Shan juga menegaskan bahwa perang dagang Cina dengan AS hanya akan membawa bencana bagi ekonomi dunia.
Data ekonomi AS pekan ini akan sangat menarik perhatian, terutama Indek Harga Konsumen (CPI) bulan Februari yang akan dirilis beberapa hari sebelum rapat Komisi Pasar Bebas Federal (FOMC) pekan depan. Harga konsumen diprediksi mereda bulan lalu setelah meningkat 0.5% di bulan Januari, namun IHK umum tetap diprediksi meningkat 2.2% YoY dari 2.1%. Investor akan lebih memperhatikan IHK inti yang apabila tetap stabil di 1.8% maka tidak ada alasan untuk menduga bahwa Fed akan mengambil posisi agresif di rapat berikutnya.
Penjualan ritel diprediksi memantul setelah melemah selama dua bulan berturut-turut. Apabila ekspektasi kenaikan 0.3% berhasil tercapai, maka ini dapat menjadi pertanda bahwa pemangkasan pajak akhirnya berhasil mengajak konsumen untuk menabung lebih sedikit dan belanja lebih banyak. (Lukman Hqeem)