ESANDAR, Jakarta – Pada hari Minggu (07/01/2018) Perdana Menteri Jepang Tuan Shinzo Abe memanggil Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) Tuan Haruhiko Kuroda dalam sebuah pertemuan khusus. Dalam pernyataan kepada media, Tuan Abe menyatakan apresiasinya atas upaya yang Tuan Kuroda selama ini sehingga perekonomian Jepang bisa terhindar dari deflasi.
Tuan Abe menegaskan bahwa langkah-langkah yang dilakukan Gubernur Bank Senntral yang akan berakhir masa jabatannya ini, mampu menggenjot perekonomian Jepang. Meski demikian, Tuan Abe belum memberikan tanda-tanda apakah akan mengangkat kembali Tuan Kuroda untuk masa jabatan lima tahun kembali.
Sejak dipilih pada 2013 silam, Tuan Kuroda menerapkan program stimulus besar-besaran. Langkah ini sebagai bagian dari kebijakan reflasi Abenomics. Tujuannya adalah membantu meningkatkan pertumbuhan. Meski demikian, sejauh ini memang gagal menaikkan inflasi ke target bank sentral sebesar 2 persen.
PM Abe juga mengatakan bahwa pemerintah akan terus bekerja sama dengan bank sentral untuk mendorong pertumbuhan. Gubernur Kuroda telah memenuhi harapan saya dengan ketersediaan lapangan kerja di level tertinggi 43 tahun, ungkap PM Abe di media penyiaran NHK seperti dilansir oleh CNBC.
Tuan Abe ingin mempertahankan sejumlah kebijakan yang telah dijalankan, meski dia belum yakin apakah dia akan menunjuk kembali Tuan Kuroda atau tidak. Ditengah ketidakpastian ini, sebagian pihak menilai bahwa peluang yang dimiliki Tuan Kuroda sangat besar. Memang keputusan ini masih memerlukan persetujuan dari Parlemen Jepang.
PM Abe mengatakan bahwa ekonomi Jepang menunjukkan tanda-tanda keluar dari deflasi dengan mengetatnya pasar tenaga kerja yang diharapkan dapat mendorong kenaikan upah. “Kami akan menerapkan semua kebijakan yang tersedia sehingga kami dapat mengumumkan penghentian deflasi sedini mungkin, jelasnya. Ditambahkan olehnya bahwa ini mungkin belum tentu tahun ini, tapi pemerintah dan BoJ harus memenuhi tanggung jawab mereka. Pernyataan ini untuk memastikan kondisi berakhirnya deflasi Jepang.
Pemerintah Jepang melihat beberapa faktor, seperti data inflasi, dalam menentukan apakah ekonomi secara permanen berada di luar deflasi. Beberapa pembuat kebijakan ingin mengumumkan berakhirnya deflasi, yang akan membantu PM Abe mengklaim bahwa kebijakannya berhasil mengubah ekonomi. Tapi, beberapa analis mengatakan, hal itu juga bisa memberi pembenaran bagi BoJ untuk menarik stimulusnya.
Seperti diketahui, bahwa perekonomian Jepang berkembang untuk kuartal ketujuh berturut-turut pada Juli-September, didorong oleh ekspor dan belanja modal yang kuat. Inflasi konsumen inti naik 0,9 persen pada November dari tahun sebelumnya, menandai kenaikan 11 bulan berturut-turut namun masih jauh dari target BoJ sebesar 2 persen.
Menjelang akhir tahun PM Abe telah mendesak perusahaan untuk menaikkan upah sebesar 3 persen atau lebih pada tahun ini dengan pandangan bahwa kenaikan upah sangat penting untuk mendorong konsumsi dan mempertahankan pemulihan ekonomi Jepang. (Lukman Hqeem)