ESANDAR – Dolar AS jatuh pada hari Kamis (05/12/2019), memperpanjang penurunan dari perdagangan sebelumnya. Ini merupakan penurunan keenam kalinya secara beruntun. Didorong oleh meningkatnya kekhawatiran bahwa the Federal Reserve bisa bersikapdovish jika data ekonomi AS masih lemah. Indek Dolar AS minus 0,27 persen di 97,38, menurut data CNBC.
Melemahnya Dolar AS membuat lawan-lawannya bergairah naik. Euro misalnya, mampu melonjak lebih-lebih dengan dukungan data ekonomi zona euro sendiri. Perekonomian mereka dikabarkan tumbuh pada kecepatan moderat di kuartal ketiga. PDB Eropa naik 0,2 persen pada periode Juli-September, sesuai dengan perkiraan dini yang dirilis pada Oktober, dan tidak berubah dari kuartal sebelumnya.
Meski demikian, laju kenaikan mata uang benua biru ini harus tertahan oleh data ekonomi pula. Secara terpisah, Indek pesanan industri Jerman turun secara tak terduga pada bulan Oktober karena permintaan domestik dan asing yang melemah. Hal ini membungkam sentimen bullish Euro.
Hingga akhirnya, pasangan EURUSD ini ditutup naik di 1.1104 atau lebih tinggi 0,23%. Euro berpotensi melanjutkan kenaikannya, didukung oleh level support 1.1100. Potensi koreksi memang mengarahkan Euro ke level 1.1060. Sementara kenaikan yang akan dilakukannya pada akhir pekan ini justru bisa mengarahkan ke 1.1116 yang berpotensi terjadi menjelang pengumuman data Nonfarm payroll AS hari Jumat ini. Potensi bullish yang besar dari kemungkinan data yang mengecewakan tersebut berpeluang membawa EURUSD ke level resistensi di 1.1126 hingga 1.1160.
Poundsterling Inggris semakin perkasa dengan melemahnya Dolar AS dalam kesempatan ini. Melaju cepat hingga ke posisi tertinggi dalam 7 bulan ini. Dorongan kenaikan Poundsterling didapatkan dari harapan bahwa pemilu pada minggu depan akan dimenangkan oleh Partai Konservatif. Bila demikian parlemen dapat dikuasasi sehingga memuluskan proses perundingan soal Brexit yang selama ini terganjal disana.
GBPUSD berakhir dengan naik 0,42 persen di $1,3138, bahkan mencapai $1,3166 sebagai posisi tertinggi sejak 6 Mei. Perhatian para investor selain pada perkembangan di seputar pemilihan umum, juga mewaspadai data dan sentiment fundamental dari AS. Kenaikan pasangan GBPUSD akan mencoba level resisten di 1.3165 kembali. Jika mampu menembusnya, tak pelak GBPUSD bisa melanjutkan kenaikan ke target lebih tinggi setidaknya hingga 1.3200. Sebaliknya jika GBPUSD gagal menembus resistensi kuat tersebut, potensi koreksi akan terbuka dengan target di support-support intraday terdekat yaitu 1.3133, 1.3120, dan 1.3100.
Aussie dalam perdagangan AUDUSD berakhir dengan turun di 0.6831 atau lebih rendah 0,22%. Peluang mata uang ini diakhir pekan melanjutkan kolsolidasi masih terbuka dengan rentang harga potensial 0.6811 hingga 0.6866. Konsolidasi AUDUSD berpotensi membentuk formasi segitiga (triangle) namun sehingga terbuka untuk membentuk pola konsolidasi lainnya. Level koreksi AUDUSD harga saat ini mengarah ke 0.6822, 0.6811, dan 0.6800. Sedangkan kemungkinan rebound akan membuat AUDUSD bisa mencoba mengarah ke 0.6835, 0.6851, dan 0.6866.
Dolar AS sempat menguat setelah terhadap yen setelah Bloomberg melaporkan bahwa AS dan Cina nyaris menyepakati jumlah tarif impor yang akan diurungkan dalam kesepakatan perdagangan fase satu. Namun akhirnya mata uang safe-haven ini berakhir menguat tipis 0,09 persen di ¥108,74, setelah mencapai titik terendah ¥108,41 pada hari Rabu, terendah sejak 21 November.
Pasangan mata uang USDJPY berakhir di 108.74 atau lebih rendah -0,09%. USDJPY sedang berkonsolidasi apalagi kini pasar sedang menunggu NFP AS. Rentang potensial konsolidasi pair ini adalah 108.64 hingga 108.96. Jika volatilitas meningkat, pair ini dapat bergerak di dalam rentang 108.41 hingga 108.98. Koreksi mengarahkan ke 108.64, 108.41, dan 108.20. Sedangkan rebound yang bisa saja terjadi akan mengarahkan pasangan USDJPY di 108.76, 108.96, dan 109.16.
Sementara mata uang safe haven lainnya, Franc Swiss, juga menguat tipis hingga berakhir di 0,9870 per dolar AS dalam perdagangan USDCHF. (Lukman Hqeem)