ESANDAR, Jakarta – Ekspor Jepang anjlok untuk bulan keenam berturut-turut di bulan Mei, terpukul oleh penurunan tajam dalam pengiriman alat pembuat chip dan suku cadang kendaraan bermotor, di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China.
Ekspor Jepang turun 7,8% dari tahun sebelumnya di bulan Mei. Hasil ini masih sejalan dengan ekspektasi para ekonom. Penurunan terjadi karena menyusutnya pengiriman alat pembuat chip dan komponen semikonduktor ke China, demikian data yang dirilis oleh Kementerian Keuangan pada Rabu (19/06/2019).
Ekspor yang lemah, bersama dengan lonjakan impor minyak mentah, membuat neraca perdagangan Jepang mengalami defisit sebesar 967 miliar yen ($ 8,9 miliar) secara bulanan. Ini merupakan defisit yang pertama sepanjang empat bulan terakhir.
Meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, dan melambatnya perekonomian global melukai eksportir peralatan presisi, seperti Jepang, yang merupakan rumah bagi perusahaan-perusahaan seperti Tokyo Electron Ltd., Dainippon Screen Manufacturing Co, Advantest Corp dan pembuat mesin besar lainnya .
Disisi lain, data perdagangan yang dirilis tersebut juga menunjukkan bahwa ekspor Jepang ke Cina, selaku mitra dagang terbesar, turun hampir 10% tahun-ke-tahun. Pengiriman peralatan pembuat chip turun hampir 28%, di tengah meningkatnya tekanan oleh AS pada sekutu-sekutunya untuk membatasi penggunaan chip buatan China.
Ekspor ke seluruh Asia turun 12%, karena penurunan permintaan chip global mengurangi minat para pembuat chip seperti Samsung Electronics Korea Selatan untuk berinvestasi dalam ekspansi kapasitas. Ekspor ke Eropa juga turun 7% karena selera yang lebih rendah untuk barang-barang Jepang.
Namun, ekspor ke AS naik 3% karena permintaan yang kuat untuk mobil Jepang, memperluas surplus perdagangan Jepang dengan AS hampir 15% pada Mei dari tahun sebelumnya. Data datang di tengah tekanan terus-menerus dari Washington pada Jepang untuk kesepakatan perdagangan bilateral. (Lukman Hqeem)