ESANDAR, Jakarta – Dolar AS masih menjadi mata uang yang terbaik dalam perdagangan di hari Rabu (24/04) atas sejumlah mata uang besar lainnya. Ada sentimen risk appetite yang cukup beragam di pasar. Dimana aliran risk-off telah menguntungkan dolar, sebagian terkait dengan risiko Brexit dan pemerintah Italia.
Euro sendiri masih harus mengakui keunggulan Greenbacks, dimana EURUSD diperdagangkan kembali di bawah 1,1200, sedikit di atas level rendah harian, dicapai saat sesi awal perdagangan Amerika di 1,1179, terendah sejak 7 Maret. Euro juga kalah terhadap Poundsterling Inggris dan Franc Swiss.
EURUSD jatuh untuk hari kedua berturut-turut terhadap dolar AS, melemah setelah rilis data ekonomi Zona Euro yang dilakukan oleh IFO Jerman dan juga dipengaruhi oleh pergerakan obligasi 10-tahun Jerman jatuh ke wilayah negatif, memperluas kesenjangan terhadap obligasi 10-tahun AS yang berada di 2,53% sebagai yang terendah dalam dua minggu ini.
Pasangan mata uang GBPUSD ditutup turun di 1,2905, mencapai level terendah dalam dua bulan di 1.2886. Namun GBPUSD sempat menguat kembali meski terbatasi oleh level resistance di 1,2960 dan sekarang kembali ke wilayah negatif di bawah zona 1,2900. Tekanan turun Poundsterling tetap terjaga, karena dolar AS menguat. Indeks dolar AS naik di atas 98,00 untuk pertama kalinya sejak Mei 2017.
Mengenai Brexit dan politik Inggris, media melaporkan bahwa pembicaraan antara pemerintah dan oposisi tidak tercapai kesepakatan. Perdana Menteri Inggris Theresa May memang selamat dari upaya parlemen untuk mengubah aturan Partai Konservatif agar memungkinkan menggulingkan May. Tetapi mereka menuntut jadwal yang lebih jelas tentang pengundurdiriannya jika kesepakatan Brexit gagal. Ketidakpastian seputar politik dan Brexit Inggris tetap ada meskipun diberikan perpanjangan baru-baru ini dan membebani Sterling.
Aussie bergerak di dekat 0,7010 dalam perdagangan AUDUSD. Bursa Australia sendiri libur karena hari Anzac. AUDUSD sempat merosot ke level terendah dalam tujuh minggu sehari sebelumnya karena data inflasi triwulanan memicu spekulasi bahwa penurunan suku bunga oleh Reserve Bank of Australia (RBA) akan dilakukan segera.
Sebagaimana dilaporkan, inflasi Australia lebih rendah dari perkiraan untuk kwartal pertama tahun ini. Hasil ini mendorong mayoritas pelaku pasar untuk memperkirakan akan ada penurunan suku bunga dari RBA segera setelah pertemuan bulanan Mei berlangsung.
Selain pesimisme Aussie, data pertumbuhan ekonomi Uni Eropa yang lamban, nada dovish dari Bank Kanada (BoC) dan kebuntuan Brexit menambah penguatan Dolar AS sehingga menjadi faktor negatif bagi Aussie.
Pasangan USDJPY berhasil menembus diatas area 112,00. Pasangan ini melonjak lebih dari 30 pips dalam beberapa menit, mencapai di 112,35, yang merupakan level tertinggi sejak pertengahan Desember. Pasangan ini bertahan di dekat resistance tinggi, berkonsolidasi di atas level kritis.
Dolar AS yang lebih kuat secara keseluruhan mendorong USDJPY ke atas. Dolar AS adalah pemain dengan kinerja terbaik, membukukan keuntungan penting juga terhadap pasar negara berkembang dan mata uang komoditas. Indeks Dolar AS, naik 0,57%, pada 98,16, tertinggi sejak Juni 2017.
Bank of Japan akan mengumumkan keputusannya pada kebijakan moneter pada Kamis ini. BOJ juga akan merilis Outlook untuk Aktivitas Ekonomi dan Harga. Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda akan menyampaikan konferensi pers nanti. Diharapkan tidak ada perubahan dalam kebijakan moneter. Para ahli menunjukkan BoJ dapat menurunkan peringkat penilaian ekonomi mereka. (Lukman Hqeem)