ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS naik, dipimpin oleh menguatnya kembali saham- saham teknologi. Dorongan kenaikan setelah ada ujaran Washington yang melarang ekspor produsen semikonduktor Cina ke AS.
Sementara Coca-Cola melaporkan laba kuartal ketiga yang melampaui perkiraan, mendorong kenaikan sahamnya 1.6 %. Saham industri naik, setelah Donald Trump mengatakan bahwa dia berpikir akan ada “great deal” dengan China dalam perdagangan, meredam kekhawatiran gejolak perang tarif.
Dalam catatan kinerja bulanan, Indek Dow Jones turun hampir 6 % bulan ini, terburuk sejak Agustus 2015. Indek S&P 500 turun 7.9 % dalam catan bulanan. Indek S&P 500 berada di wilayah koreksi, turun 10,2 % dari rekor tertingginya.
Dari Asia dikabarkan bahwa Bursa Hong Kong mencoba untuk menguat kembali dan membatasi kerugian. Kenaikan indek setelah regulator sekuritas negara itu mengatakan akan meningkatkan likuiditas pasar dan memandu lebih banyak modal jangka panjang ke pasar.
Komisi Regulasi Sekuritas China juga mengatakan akan mendorong pembelian kembali saham dan merger dan akuisisi oleh perusahaan yang terdaftar, sehingga mengurangi gangguan yang tidak perlu dalam perdagangan, dan menciptakan arena bermain bagi investor.
Bursa Tokyo naik didukung dari pelemahan yen terhadap dolar AS serta sentimen data ekonomi. Tingkat pengangguran yang disesuaikan secara musiman turun menjadi 2.3 persen pada bulan September dari 2.4 persen pada Agustus. Kenaikan indeks juga didukung dari pernyataan Donald Trump yang membawa opmtimisme pasar akan kesepakantan AS-China.
Sementara bursa saham Seoul naik, menyusul pernyataan dari otoritas keuangan yang menyerukan langkah-langkah untuk menstabilkan pasar. Indek KOSPI juga mendapat dorongan kenaikan dari pemulihan bursa saham global setelah otoritas China berjanji akan meningkatkan likuiditas pasar dan memandu lebih banyak modal jangka panjang ke pasar saham.