Investor bukukan keuntungan sementara, Aussie diperdagangkan naik oleh kenaikan harga komoditi

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Dolar Australia, Aussie melonjak dalam perdagangan hari Selasa (30/10). Investor melakukan aksi “Risk Appetite”, memilih untuk menempatkan diri dalam aset-aset yang lebih beresiko sebagai kebalikan dari aset surgawi.


Langkah investor terbilang cukup berani, mengingat sejumlah analis telah memperingatkan bahwa setiap kenaikan Aussie yang terjadi, memiliki masa yang relative pendek. Pasalnya, Dolar AS masih memendam potensi penguatan lebih lanjut.
Dolar AS menyimpan taji dari potensi kenaikan suku bunga federal. Diperkirakan bahwa suku bunga AS masih akan dinaikkan satu kali lagi diakhir tahun ini dan tiga kali ditahun depan. Kondisi ekonomi AS yang solid memperkuat keyakinan ini.


Selain itu, ketegangan Perang Dagang AS – China semakin memanas dengan rencana Presiden Donald Trump yang akan memberlakukan tariff impor baru atas barang China jika dalam pertemuan dengan Presiden China, Xi Jinping nanti menemui jalan buntu. Pun demikian, Trump masih optimis akan ada “kesepakatan hebat” yang bisa dicapai ungkapnya pada hari Senin.


Sementara itu, secara domestik muncul kekhawatiran seputar utang rumah tangga dan harga rumah di Australia. Hal ini telah menyebabkan Bank Sentral Australia, RBA memberikan sinyal bahwa suku bunga akan terus dipertahankan tetap rendah untuk beberapa waktu ke depan.


Data ekonomi Australia terkini menunjukkan bahwa jumlah izin pembangunan rumah Australia naik sebesar 3.3% pada bulan September dari bulan Agustus. Kenaikan ini dipimpin oleh lompatan besar dalam persetujuan untuk apartemen. Persetujuan menurun 14.1% dari tahun sebelumnya, Biro Statistik Australia merilisnya dalam sebuah laporan pada hari Selasa. Di saat para ekonom memperkirakan kenaikan 3.8% pada bulan. Persetujuan untuk apartemen naik 9.2%, kata ABS.


Kondisi di pasar perumahan Australia tetap beragam. Sementara saluran untuk proyek-proyek baru menguat, harga properti perumahan mulai turun, meningkatkan kekhawatiran bahwa itu bisa mengurangi pengeluaran dan memperlambat ekonomi.
Sydney dan Melbourne memimpin penurunan harga rumah, dengan beberapa bank yang memperingatkan kota-kota besar ini dapat melihat penurunan harga hingga 15% dari puncak ke palung dalam ayunan turun saat ini.


Kelebihan dari apartemen diperkirakan akan menambah kelemahan harga selama tahun mendatang, sementara standar pinjaman yang lebih ketat untuk bank dan sorotan keras dari penyelidikan pemerintah terhadap dugaan kelakuan buruk oleh bank juga cenderung memperlambat permintaan untuk perumahan.


Dimana kenaikan biaya pinjaman pasar uang baru-baru ini telah membuat bank menaikkan suku bunga hipotek, meskipun Reserve Bank of Australia mempertahankan suku bunga resmi pada rekor rendah 1.5% selama lebih dari dua tahun. (Lukman Hqeem)