ESANDAR, Jakarta – Baik bursa saham Dow Jones dan S & P 500 sama-sama gagal memperpanjang kenaikannya untuk kedua kalinya pada perdagangan hari Selasa (25/09). Keduanya terkoreksi disaat pasar menanti keputusan Federal Reserve paska pertemuan FOMC hari ini.
Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,26% atau 69,8 poin ke 26.492,21, diikuti S&P 500 yang turun tipis 0,13% atau 3,81 poin ke 2.915,56. Namun Nasdaq berhasil naik sendiri sebesar 0,18% atau 14,22 poin ke 8.007,47.
Saham yang menjadi pemberat utama Wall Street kemarin adalah Boeing Company BA dan General Electric Company (GE) yang terpelanting masing-masing sebesar -1,1% dan -3,5%. Di sisi lain, saham utama sektor teknologi di AS menguat dipimpin Apple yang naik 0,63% setelah produknya kalis dari daftar tarif perang dagang.
Bursa AS melemah setelah Trump memberikan pidato di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengukuhkan sikap hawkish-nya terkait perang dagang, mengklaim dia tidak akan membiarkan negaranya “dimanfaatkan” dan AS tak akan “menolerir penyalahgunaan” seperti itu terulang.
Wall Street sempat membaik akibat bentrokan perdagangan antara China – AS, dengan berhasil membukukan hasil positif, di tengah meningkatnya ketegangan antara kekuatan super ekonomi tersebut. Meskipun sejatinya, para pelaku pasar juga mengkhawatirkan perselisihan antara Washington, Beijing, dan mitra global lainnya tersebut bisa berujung pada konflik perdagangan global yang menggerus laba perusahaan.
Sejauh ini saham telah diperdagangkan dalam kisaran tertinggi sepanjang masa karena investor kembali fokus pada kekuatan ekonomi domestik. Indek saham mencoba beberapa perlawanan dari meningkatnya imbal hasil Obligasi tenor 10-tahun yang memukul dengan naik mendekati posisi tertinggi dalam tujuh tahun ini.
Harga obligasi turun karena imbal hasil meningkat. Tingkat pendakian mengikuti ekspektasi bahwa Fed menginginkan tarif dial-up, yang berarti bahwa itu lebih mahal untuk perusahaan, sementara juga merusak daya tarik obligasi pemerintah yang bebas risiko dibandingkan saham.
The Federal Reserve secara luas diperkirakan akan memberikan pandangannya tentang kondisi ekonomi kwartal akhir 2018. Para investor sendiri akan memfokuskan perhatiannya pada proyeksi bank sentral atas kenaikan suku bunga. Selain itu juga mereka akan mencermati pernyataan Gubernur Bank Sentral Jerome Powell. (Lukman Hqeem)