Esandar, Jakarta – Tiga raksasa ekonomi global, AS, Jerman dan Jepang menunjukkan tanda-tanda kelesuannya. Indikator ekonomi mereka menunjukkan adanya gangguan.
Pertumbuhan ekonomi AS sedikit lebih lemah dari perkiraan semula selama kuartal keempat, dan berada pada jalur yang lamban di awal 2018. Dimana produk domestik bruto, ukuran luas barang dan jasa yang diproduksi di A.S., meningkat pada tingkat tahunan sebesar 2.5% berdasarkan laporan data dari kantor Departemen Perdagangan yang dipublikasikan pada hari Rabu.
Sementara agensi pada bulan Januari memperkirakan tingkat pertumbuhan kuartal lalu sebesar 2.6%. Ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal telah memperkirakan revisi pertumbuhan di tingkat 2.5%. Revisi ke bawah mencerminkan pengurangan yang lebih besar dari investasi persediaan swasta.
Perekonomian nampaknya telah kehilangan momentum lebih lanjut di awal tahun ini, dengan data terakhir menunjukkan penjualan eceran, penjualan rumah, pesanan barang tahan lama dan produksi industri menurun pada bulan Januari. Selain itu, defisit perdagangan barang melebar bulan lalu karena ekspor turun.
Meski demikian, ekonom yakin ekonomi akan mencapai target pertumbuhan tahunan sebesar 3 persen tahun ini, dan kemungkinan menekan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga sedikit lebih agresif dari yang diantisipasi saat ini.
Sentimen konsumen Jerman akan menurun pada bulan Maret, mungkin terjadi oleh perundingan koalisi yang berkepanjangan, kelompok riset pasar GfK mengatakannya pada hari Rabu. Dimana indeks keyakinan konsumen GfK ke depan diperkirakan akan turun menjadi 10.8 poin di bulan Maret dari 11.0 poin di bulan Februari, kata survei bulanannya. Ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal telah memperkirakan indeks akan mundur ke 10.9 poin.
“Meskipun penurunan ini, prospek konsumsi tetap baik tahun ini,” kata GfK, seraya menambahkan bahwa kekuatan pasar kerja yang terus berlanjut tetap menjadi pendorong utama. GfK memperkirakan konsumsi riil meningkat sekitar 2% di tahun 2018, secara umum sejalan dengan ekspansi 2.1% di tahun 2017, katanya.
GfK menggunakan tiga sub-indeks ekspektasi ekonomi, ekspektasi pendapatan dan kecenderungan untuk membeli untuk bulan ini untuk mendapatkan sentimen untuk bulan yang akan datang. Pada bulan Februari ketiga sub indeks menurun. Ekspektasi ekonomi konsumen turun menjadi 45.6 poin di bulan Februari dari 54.4 poin di bulan Januari, namun terus mencerminkan pandangan yang kuat, kata GfK.
Sedangkan ekspektasi pendapatan turun menjadi 53.8 poin di bulan Februari dari 56.8 poin di bulan Januari, kata GfK. Sub-indeks kecenderungan untuk membeli, yang mengukur keinginan konsumen untuk berbelanja pada barang-barang besar, turun menjadi 56.3 poin dari 60.4 poin.
Sementara raksasa terakhir, Jepang menunjukkan produksi industri mereka turun tajam pada bulan Januari kemarin. Menurut laporan data pemerintah yang dirilis pada hari Rabu, setelah kenaikan solid bulan sebelumnya, karena output mobil, perangkat elektronik dan mesin industri turun pada bulan berlanjut dengan hasil yang tidak merata.
Dimana output industri turun 6.6% pada bulan Januari dari bulan sebelumnya, menyusul kenaikan di bulan Desember yang sebesar 2.9%, menurut Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri. Dan merupakan penurunan yang lebih besar dari penurunan 4.0% yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh Nikkei.
METI memperlunak penilaian terhadap output industri sedikit, dengan mengatakan bahwa produksi meningkat secara bertahap. Menurut sebuah survei yang termasuk dalam laporan tersebut, produsen memperkirakan output akan rebound kuat pada 9.0% di bulan Februari sebelum jatuh lagi pada bulan Maret sebesar 2.7%. (Lukman Hqeem)