ESANDAR, Jakarta – Bursa Saham AS membukukan kemenangan beruntun enam hari pada hari Selasa, dengan Dow dan S&P 500 terbebani oleh kerugian yang tajam bagi Walmart karena investor juga menyaksikan kenaikan imbal hasil obligasi, yang dapat membuat ekuitas kurang menarik pada tingkat saat ini.
Indek Dow Jones turun 254,63 poin atau 1%, ke 24,964.75. Indek S & P 500 turun 15,96 poin atau 0,6%, ke 2,716,26 dan Indek Nasdaq turun 5,16 poin ke 7,234.31. Penurunan ini berlaku kenaikan enam sesi perdagangan sebelumnya baik Dow Jones dan S & P.
Pekan lalu, baik bursa saham Dow Jones dan S&P 500 masing-masing menguat 4,3%, sementara Nasdaq melonjak 5,3%. Ketiga indek tersebut mematahkan penurunan dua minggu berturut-turut. Kenaikan mingguan Dow Jones bahkan menjadi yang terbesar sejak November 2016, sementara naiknya Indek S&P adalah yang terbaik sejak Januari 2013. Nasdaq membukukan kenaikan satu minggu terbesar sejak Desember 2011.
Disisi lain, munculnya dorongan baru penguatan Imbal hasil Obligasi AS, disaat dolar juga menguat telah menjadi faktor negatif pasar saat ini. Meningkatnya imbal hasil obligasi-yang mencerminkan kekhawatiran inflasi yang meningkat-adalah percikan yang memicu kehancuran pasar di awal bulan ini. Sementara Greenback yang menguat juga dapat menjadi hambatan pada kenaikan saham, dimana perusahaan multinasional mendapatkan laba dari penjualan dan layanan di luar negeri akan terpapar dengan penguatan dolar ini.
Kondisi harga saham saat ini rata-rata memang sudah tidak murah lagi, namun demikian masih belum bisa dikatakan sudah sangat mahal. Pasalnya, potensi pendapatan masih sangat menjanjikan dimana pertumbuhan bisa saja terjadi karena faktor organic atau karena imbas kebijakan pemotongan pajak Trump. Sayangnya, pemangkasan pajak ini bisa menjadi sumber kekhawatiran lainnya. Pemotongan pajak diberlakukan pada saat ekspansi, saat resesi tidak berada didepan mata. Hal ini bisa menciptakan permintaan terlalu banyak, yang akan mendorong inflasi, dan saat itu terjadi pasar bisa terpental kembali.
Beberapa saham unggulan yang turun antara lain Walmart Inc. turun 10,2% setelah pendapatan per saham di kwartal empat ini gagal memenuhi harapan. Jatuhnya saham unggulan ini menjadi hambatan pada indikator bursa dan mencatat penurunan persentase satu hari terbesar sejak 8 Januari 1988. Saham Ritus naik 3,3% setelah pedagang kelontong Albertsons Cos mengatakan akan membeli sisa rantai toko obat yang tidak dibeli oleh Walgreens Boots Alliance Inc. Saham HSBC Holdings PLC turun 3,4% setelah keuntungan bank tersebut gagal memenuhi perkiraan karena runtuhnya dua high profile peminjam.
Setelah melemah pada hari Senin, bursa saham Eropa sebagian besar naik pada perdagangan hari Selasa. Sementara di Asia, indeks Nikkei 225 dan Hang Seng Hong Kong masing-masing turun sekitar 1%. Beberapa bursa di Asia ditutup untuk liburan Tahun Baru Imlek.
Indek Dolar ICE naik 0,7%. Harga emas berakhir turun dan harga minyak mentah naik tipis. Bitcoin terus turun kenaikannya, bertahan diatas $ 11.000, dengan berakhir di $ 11,717.
Pasar juga menanti pidato yang akan disampaikan oleh Gubernur Bank Sentral AS wilayah Philadelphia Patrick Harker dan Gubernur Bank Sentral AS wilayah Minneapolis Neel Kashkari yang dijadwalkan pada minggu ini. (Lukman Hqeem)