ESANDAR, Jakarta – Seiring dengan penguatan Yen Jepang, tingkat ekspor dari Negeri Matahari Terbit ini naik. Tidak tanggung-tanggung, mereka mengalami kenaikan selama 14 bulan beruntun.
Kenaikan ekspor dibulan Januari dibantu oleh permintaan lanjutan dari Asia untuk peralatan dan semikonduktor, demikian data dari Kementerian Keuangan Jepang pada hari Senin (19/02/2018). Ekspor meningkat 12,2% dari tahun sebelumnya dibandingkan dengan kenaikan 11,0% yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh The Wall Street Journal.
Neraca perdagangan Jepang untuk bulan Januari adalah defisit Y943,4 miliar, sedikit lebih kecil dari perkiraan defisit 1.004 triliun Yen dalam survei Nikkei. Ekspor diperkirakan akan terus tumbuh didukung oleh kekuatan ekonomi global, sementara impor juga cenderung mempertahankan solidness karena harga energi yang lebih tinggi dan pemulihan permintaan domestik, kata analis.
Konsumsi swasta menawarkan lebih banyak dukungan kepada ekonomi Jepang pada kuartal Oktober-Desember, yang memperpanjang pertumbuhannya menjadi delapan kuartal, peregangan terpanjang dalam 28 tahun. Surplus perdagangan dengan AS. pada bulan Januari turun 12,3% dari tahun sebelumnya menjadi Y349,6 miliar.
Data tersebut muncul di tengah meningkatnya tekanan perdagangan global karena pemerintahan Presiden Donald Trump akhirnya mulai menggelar langkah-langkah untuk melawan apa yang dilihatnya sebagai praktik perdagangan yang tidak adil. Trump sendiri telah mengkritik Cina dan Jepang untuk surplus besar mereka dengan A.S.
Pada perdagangan mata uang USDJPY, mengalami penurunan tajam bulan ini karena pelemahan dolar, prospek inflasi yang lebih tinggi dan ketidakpastian mengenai ekonomi AS yang kemudian memicu kekalahan pasar saham.
Sementara itu, Haruhiko Kuroda sesuai dengan perkiraan telah kembali ditunjuk menjadi Gubernur Bank of Japan. Pengangkatan Kuroda dimana Wakatabe dipilih sebagai Wakil Gubernur, akan memberikan corak kebijakan bank sentral yang lebih dovish daripada kepemimpinan saat ini. Bank sentral akan mempertahankan kerangka kerja kebijakan saat ini, dengan target yield 10 juta sekitar 0. Minat pasar terutama difokuskan pada kemungkinan pengetatan BOJ.
Meski demikian, pimpinan BOJ yang baru dapat mengambil keputusan baru, lihat kerangka kebijakannya. Ada juga gejolak pasar keuangan dan apresiasi Yen, yang bisa melemahkan momentum positif menuju sasaran inflasi.
USDJPY berpeluang naik kembali diatas level 106.24, menjauhi level 105 yang sempat disentuh pada sesi perdagangan minggu lalu. Saat ini USDJPY mendekati level resistance 106.74 sebagai target jangka pendek. Dan dimungkinkan untuk bergerak sideways di dalam kisaran 106.24 – 106.74. (Lukman Hqeem)