Eropa

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Ditengah agresifitas sejumlah bank sentral dunia dalam mengurangi kebijakan moneter longgarnya, European Central Bank (ECB) atau Bank Sentral Eropa diperkirakan masih lama dalam menaikkan suku bunganya.

Jajak pendapat atas sejumlah ekonom oleh Reuters pada pekan lalu, menunjukkan bahwa ECB akan mengakhiri program pembelian asetnya pada akhir tahun ini. Sesudahnya akan menunggu selama enam bulan sebelum menaikkan suku bunganya. Dalam jajak yang dilakukan terhadap sekitar 80 ekonom, tersebut menangkap sinyal bahwa meskipun ekonomi zona euro sedang membaik saat ini, diperkirakan Eropa akan kehilangan sebagian dari momentum tersebut akibat inflasi tidak akan mencapai target bank sentral tersebut sebesar 2%, setidaknya hingga tahun 2020.

ECB akan berhenti membeli obligasi senilai €30 miliar setiap bulannya setelah bulan September. Perdebatan pun timbul mengenai apakah ECB akan segera mengakhiri program tersebut meskipun inflasi tetap berada di bawah targetnya dan momentum pertumbuhan diperkirakan akan melambat.

Kegiatan jajak dilakukan dari 11 – 15 Februari lalu, dimana tidak ada satu pun ekonom yang berpikir bahwa ECB akan menghentikan pembelian asetnya sebelum bulan September. Kurang dari separuh para ekonom tersebut, yakni 25 dari 57 orang, mengatakan bahwa ECB akan menghentikannya pada bulan tersebut. Semua kecuali satu dari responden yang tersisa mengatakan bahwa program pembelian aset ECB akan berakhir pada bulan Desember.

Bahkan dengan kecenderungan yang ada, ECB bisa saja melakukan penambahan kegiatan pembelian aset tersebut melampui bulan September 2018, ungkap Louis Harreau, ekonom dari Credit Agricole CIB. Menurut Harreau perputaran tiga bulan tampaknya sudah cukup bagi para para pejabat yang tidak begitu yakin dan cenderung dovish, sementara terlalu pendek untuk bersikap agresif terutama bagi sebagian besar hawkish, yang terlalu optimis dan percaya diri.

ECB bisa menghadapi dilemma jika memperketat kebijakan saat ini, pasalnya inflasi masih lemah. Disisi lain, ECB juga harus merespon jika The Federal Reserve menaikkan suku bunga setidaknya tiga kali pada tahun ini. Meski para pembuat kebijakan di AS juga khawatir tentang pertumbuhan upah dan tekanan inflasi mereka yang relatif lemah juga. Namun ECB masih dalam tahap melepaskan stimulus agresifnya yang luar biasa yang tersisa dari memerangi krisis utang zona euro dan ancaman deflasi berikutnya.

Risiko itu sekarang sudah lama berlalu namun inflasi masih sangat rendah, diperkirakan rata-rata 1,5 persen pada tahun ini, tidak berubah dari jajak pendapat sebelumnya, dengan median perkiraan berkisar antara 1,4 dan 1,6 persen pada setiap kuartal sampai dengan akhir Juni tahun depan. (Lukman Hqeem)