ESANDAR, Jakarta – Bursa saham AS masih didera aksi jual besar-besaran. Diakhir sesi perdagangan, pasar yang jenuh dimanfaatkan sejumlah investor untuk melakukan aksi beli kembali dan membuat Indek Dow Jones mampu berakhir dengan naik 2%.
Aksi jual terjadi ditengah kekhawatiran The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan. Hal ini didukung dengan sejumlah indikator ekonomi AS yang lebih baik. Penurunan tajam dalam beberapa hari terakhir, memunculkan indikasi gerak balik pasar yang ditunggu-tunggu oleh investor. Setelah bursa saham mencetak rekor penurunan yang cukup tajam, pasar berbalik arah. Wall Street turun sekitar 4 persen pada sesi sebelumnya namun membatasi kerugiannya pada perdagangan hari Selasa (06/02/2018).
Bursa saham Eropa pulih pada perdagangan hari Selasa setelah diawal perdagangan mencapai level terendah sejak Agustus 2017 karena aksi jual di ekuitas semakin dalam dan volatilitas melonjak pada meningkatnya kekhawatiran inflasi dan kenaikan imbal hasil obligasi AS.
Indeks Hang Seng turun lebih dari 3 persen pada perdagangan hari Selasa. Menjelang penutupan indeks berhasil pulih seiring meredanya bursa saham Eropa dan wallstreet rebound pada hari Selasa. Seluruh sektor mengalami tekanan, khususnya keuangan dan energi. Saham HSBC turun 2.96 persen dan saham China Construction Bank anjlok 5.99 persen menjelang penutupan pasar. Saham yang terkait dengan energi juga memperpanjang penurunan pada hari Selasa, dengan saham CNOOC jatuh 5.17 persen.
Nikkei fluktuasi setelah mengalami penurunan poin terbesar sejak Juni 2016 pada hari Selasa, akibat jatuhnya Wall Street pada hari sebelumnya. Indeks berhasil pulih seiring meredanya aksi jual besar-besaran dibursa saham global.
Kospi turun lebih dari 1 persen pada perdagangan hari Selasa berimbas dari anjloknya wallstreet ditengah kekhawatiran kenaikan inflasi lebih cepat dapat meningkatkan kenaikan suku bunga the Fed lebih cepat dari yang diperkirakan. Saham sektor teknologi memimpin penurunan, dengan saham Samsung Electronics turun 1.04 persen pada akhir hari.
Pada perdagangan mata uang, pasangan AUDUSD terpantau menguat di akhir sesi AS. Kenaikan ini berkat dukungan dari penguatan mata uang NZD yang melonjak mengikuti data pekerjaan yang positif. Dorongan tersebut memberi AUDUSD pijakan yang dibutuhkannya untuk menembus level kunci 0.7900. Aussie telah terpeleset dalam dua minggu terakhir karena harga komoditas global dan aset berisiko lainnya berbalik menurun seiring dengan jatuhnya bursa saham dan para pelaku pasar mencari aset yang lebih aman.
Sementara pasangan EURUSD telah bergerak menjauh dari posisi terendah di 1.2312 dan naik kembali ke area dekat 1.2400 karena kenaikan dolar tertahan. Pada perdagangan Poundsterling. pergerakan GBPUSD terbebani risiko politik domestik dan kemungkinan kenaikan suku bunga AS. Pounsterling berusaha menguji level tengah 1.39 setelah naik 150 pips dari level di 1.3835.
Dolar AS sendiri berhasil keluar dari fase konsolidasi saat sesi perdagangan sesi Asia. Pada sesi Eropa, Dolar AS berusaha bangkit dan mendorong pasangan USDJPY melonjak ke 109.64. Ini merupakan puncak harian baru ditengah gelombang kuat minat beli dollar AS. Perdagangan saat ini dibayangi oleh adanya penurunan tajam dalam imbal hasil Obligasi AS. Hal ini nampaknya merupakan satu-satunya faktor di balik penguatan kembali pasangan ini dari posisi terendah harian di 108.44.
Pada perdagangan komoditi, harga emas di bawah tekanan jual yang kuat selama sesi AS dan jatuh ke posisi terendah harian di 1320.00 mengikis sebagian besar pergerakan sesi sebelumnya ditengah aksi jual di pasar ekuitas global yang cenderung mendukung permintaan akan aset safe haven tradisional, namun logam mulia tersebut gagal membangun pergerakan awalnya dan kini telah turun lebih dari $ 15 dari level tinggi sesi $ 1346.00. Kontrak emas untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Mercantile Exchange turun sebesar $ 7.30 atau 0.53% menjadi $ 1,389.60 dolar per troy ounce. (Lukman Hqeem| 082127583477 |l.hqeem@gmail.com)