ESANDAR, Jakarta – Pada perdagangan hari Senin(29/01/2018), Euro mengalami tekanan balik dari Dolar AS. Aksi ambil untung yang dilakukan oleh sejumlah investor berhasil membuat Euro tertekan.
Dolar AS sendiri memang menunjukkan penguatannya, sejak awal sesi perdagangan Asia. Dimana Dolar AS menguat bukan hanya pada Euro namun juga sejumlah mata uang lainnya. Pasangan EURUSD diperdagangkan pada level 1.2413 dimana pada penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 1.2426. USDJPY untuk sementara berada di level 108,73 dimana pada penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 108,58. Untuk AUDUSD untuk sementara berada di level 0,8095 dibanding penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 0,8109.
Pada perdagangan minggu lalu, Dolar AS melemah setelah pernyataan Steven Mnuchin yang mengapresiasi pelemahan Dolar AS bagi neraca perdagangan AS. Namun pernyataan ini dibantah oleh Presiden Donald Trump sebagai pernyataan diluar konteks. Hal ini membuat sejumlah investor bingung dan ragu untuk mengoleksi lebih banyak aset-aset berdenominasi dolar.
Silang pendapat antara pejabat pemerintah AS disisi lain disambut dingin para petinggi the Federal Reserve yang diam seribu bahasa di kala mata uangnya terus menapaki jalur penurunannya terburuk sejak 3 tahun terakhir. Investor dalam kondisi bingung, memunculkan stigma bahwa sebaiknya menghindari dolar AS terlebih dahulu.
Pagi ini sejumlah investor kembali percaya diri, terlihat kembali meski tetap waspada tinggi menjelang pertemuan FOMC. Para investor juga mengantisipasi munculnya data-data ekonomi AS penting lainnya seperti nonfarm payroll, inflasi dan data-data aktivitas manufakturnya. Rapat suku bunga the Fed merupakan pertemuan yang terakhir dipimpin oleh Janet Yellen. Pada Maret nanti Jerome Powell akan memimpin the Fed untuk periode 4 tahun selanjutnya.
Sejauh ini euro juga mengikuti pergerakan dari yen juga masih berada di kisaran level terbaiknya sejak akhir 2016 lalu dengan doringan pernyataan dari Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda ketika berbicara di World Economic Forum bahwa inflasi di Jepang akan segera mencapai target dan normalisasi kebijakan moneter BoJ akan segera terwujud.
Tekanan ke dolar juga tidak berhenti karena bank-bank sentral dunia lainnya juga sedang berlomba-lomba mengejar ketertinggalan suku bunganya dari the Fed. Lomba menormalisasikan kebijakan moneter menjadi penyebab utama greenback membaik meski data-data ekonomi AS membaik. Seperti kita ketahui bahwa bank sentral Eropa sudah mulai mengurangi pembelian kembali aset-asetnya, dan rencananya September ini akan mengurangjinya lagi.
Bahkan Mario Draghi cukup yakin bahwa setelah September nanti, suku bunga ECB akan naik mengikuti pergerakan naik dari the Fed, sehingga pasar mempunyai target euro akan ke level 1,300 dalam waktu dekat. (Lukman Hqeem)