ESANDAR, Jakarta – Pada perdagangan hari Selasa (16/01/2018) harga minyak mentah terkoreksi. Meski demikian, harga minyak mentah masih dikisaran harga tertinggi dalam tiga tahun ini.
Untuk harga minyak mentah jenis WTI ditutup melemah pada harga $63,89 per barel atau turun sebanyak $0,41 atau 0,64%. Sedangkan minyak jenis Brent ditutup melemah $0,94 atau 1,34% di harga $69,32 per barel.
Sebelumnya, harga minyak mentah baik jenis WTI dan Brent sama-sama naik. Kepercayaan diri investor didukung kenaikan impor India. Mereka meyakini bahwa harga minyak mentah masih akan bertahan dan naik kembali. India yang merupakan pengimpor minyak terbesar ke 3 di dunia menyatakan bahwa impor tahun lalu naik 1,8% menjadi 4,37 juta bph.
Sementara itu, sebuah laporan EIA menyebutkan bahwa produksi minyak AS bulan depan kemungkinan besar akan naik sekitar 110 ribu bph karena produksi minyak di wilayah Semenanjung Permian akan mengalami kenaikan.
Baker Hughes juga melaporkan sebanyak 10 kilang minyak AS kembali di aktifkan sehingga total kilang yang aktif menjadi 752 rig. Angka tersebut merupakan pengaktifan terbesar semenjak Juni 2017.
Kenaikan harga minyak mentah beberapa waktu lalu, membuat sejumlah produsen minyak serpih AS langsung bereaksi dengan mengaktifkan sumur-sumur bor dan memperbesar produksinya. JBC Energy memperkirakan bahwa produksi minyak AS akan tumbuh sebesar 600 ribu bph pada kuartal pertama tahun ini.
Gambaran serupa juga terjadi di Kanada, dukungan harga yang positif sejak awal Desember tahun lalu, membuat produsen minyak Kanada melipatgandakan jumlah pengeboran rignya sehingga menjadi 185 rig yang aktif, angka tertinggi sejak 10 bulan lalu.
Kenaikan terdorong kabar dari laporan EIA yang menaikkan perkiraan harga minyak WTI untuk tahun ini menjadi $55,33 per barel dan minyak Brent menjadi $59,74. EIA juga melaporkan bahwa produksi minyak OPEC rata-rata turun 200 ribu bph menjadi 32,5 juta bph di tahun lalu.
OPEC juga melaporkan kegiatan bulanannya bahwa tingkat kepatuhan pembatasan pasokan minyak 1,8 juta bph naik dari 125% di November menjadi 128% di Desember lalu.
Bank of America Merryl Lynch menaikkan prediksi harga minyak Brent di tahun ini dari $56 per barel menjadi $64 per barel dan untuk harga minyak WTI naik dari $52 per barel menjadi $60 per barel. Serta diperkirakan juga bahwa pasokan minyak dunia akan mengalami defisit sekitar 430 ribu bph atau lebih besar dari perkiraan sebelumnya yang defisit 100 ribu bph.
Sedangkan Morgan Stanley menyatakan bahwa defisit pasokan minyak tahun ini akan mencapai 500 ribu bph atau naik dari perkiraan sebelumnya 200 ribu bph dan rata-rata harga Brent di kuartal ketiga bisa $75 per barel. (Lukman Hqeem)