Dolar AS menguat termasuk kepada Yen Jepang

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Pada perdagangan Senin (18/12/2017), Dolar AS masih berusaha untuk mempertahankan penguatannya. Situasi terkini dari RUU Perpajakan semakin positif menjelang penentuan di parlemen AS Selasa esok.

Akhir pekan kemarin, Dolar AS berhasil membuat tekanan kepada mata uang utama dunia lainnya. Pada Perdagangan EURUSD ditutup melemah di level 1,1750, GBPUSD ditutup melemah di level 1,3317, AUDUSD ditutup melemah di level 0,7646 dan USDJPY ditutup menguat di level 112,61.

Tren penguatan dolar AS masih bisa dikatakan berlanjut dengan dukungan aksi beli yang cukup marak di akhir perdagangan minggu kemarin. Isyarat akan lolosnya RUU Perpajakan tersebut semakin memperkuat harapan pasar. Meski demikian, namun hal tersebut sudah tidak akan mengubah pandangan investor di masa mendatang bagaimana laju PDB AS dan bagaimana dampaknya terhadap defisit anggaran pemerintahan AS yang melebar.

Hasil Fed meeting yang lalu memang tidak mengejutkan banyak pihak bahwa suku bunga tetap naik 25 basis poin diiringi dengan akan naiknya suku bunga 3 kali lagi di tahun depan. Namun yang menjadi penarik perhatian adalah beberapa anggota rapat suku bunga tersebut khawatir dengan sulitnya kenaikan laju inflasi AS tersebut.

Paradigma baru telah muncul ketika suku bunga The Fed naik, dimana kondisi dolar AS tidak harus menguat, karena fokus kerja The Fed telah berubah dan membuat situasi ini tidak seperti biasa terjadi yaitu ketika suku bunga The Fed maka emas dan mata uang utama dunia lainnya melemah. Justru karena The Fed sekarang sedang mengurangi defisit neracanya, membuat dolar AS akan melemah di saat The Fed menaikkan suku bunganya.

Ini terjadi ketika bank sentral AS tersebut mengetatkan kebijakan moneternya, maka seharusnya bank sentral melepas cadangan emasnya, namun ternyata sekarang tidak melepasnya karena emas masih diperlukan ketika terjadi penyempitan neraca bank sentral demi keseimbangan aktiva dan pasiva bank sentral.

Apalagi bank sentral AS juga sedang khawatir dengan tingkat inflasi yang susah untuk bangkit sehingga dapat dipastikan The Fed harus hati-hati mengatur irama laju PDB-nya dengan suku bunga agar inflasinya tidak menurun tajam. Memang irama suku bunga sebuah negara harus menyelaraskan antara laju PDB dengan laju inflasi agar keselarasan dan keseimbangan kinerja ekonomi tetap terjaga. Inilah yang membuat dolar AS sendiri tidak akan menguat terus-menerus akhir-akhir ini.

Pada perdagangan hari ini, EURUSD kembali mendekati dua support kuat jangka panjang yaitu uptrend line di 1.1740 dan level 23,6% Fibonacci retracement pada grafik mingguan di 1.1733. Beberapa hari lalu keduanya telah diuji dan terbukti bertahan. Dengan dukungan resistance intraday di area 1.1770, pagi ini tekanan jual sudah membawa EUR/USD ke area support tersebut namun kecil peluangnya untuk terjadi penetrasi terhadap kedua support jangka panjang tersebut.

Pada grafik terlihat USDJPY masih berada di bawah simple moving average 200-jam di 112.90 yang menjadi indikasi para penjual masih mendominasi perdagangan pair ini meskipun pada kerangka waktu yang lebih kecil para pembeli berusaha untuk mendorong naik pair ini. Hari ini USDJPY berpotensi untuk berkonsolidasi di kisaran 112.35 hingga 112.90.

Trend AUDUSD nampak akan terkoreksi, target pertama sudah ditembus dan menguji target kedua di 0,7620. Support kuat lainnya untuk jangka intraday di 0,7605. Potensi turun di jangka intraday akan tetap terjaga selama AUDUSD terus berada di bawah resistance 0.7665. (Lukman Hqeem)