ESANDAR – Yen menguat ke level terkuatnya terhadap dolar AS dalam 2-1/2 bulan pada perdagangan hari Kamis (25/07/2024). Mencapai level tertinggi multi-bulan terhadap mata uang lainnya menjelang pertemuan Bank of Japan (BOJ) minggu depan, seiring melemahnya perdagangan yen dan selera risiko (risk appetite) memburuk.
Dolar, euro, poundsterling dan mata uang utama lainnya merosot lebih dari 1% terhadap yen pada pertengahan pagi hari di Asia, sebelum mengurangi sebagian dari penurunan tersebut. Analis mengaitkan lonjakan yen dengan ditinggalkannya taruhan jangka pendek yen menjelang pertemuan BOJ bulan Juli, di mana kenaikan suku bunga masih mungkin terjadi.
Sumber Reuters mengatakan bahwa bank sentral kemungkinan akan memperdebatkan apakah akan menaikkan suku bunga minggu depan dan mengumumkan rencana mengurangi separuh pembelian obligasi di tahun-tahun mendatang, menandakan tekad bank sentral untuk terus mengurangi stimulus moneternya yang besar.
Terhadap sekeranjang mata uang, indek dolar AS (DXY) turun sedikit ke 104,28, meskipun hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh kenaikan yen. Terhadap dolar, yen terakhir naik 0,7% di 152,81, setelah melonjak di awal sesi ke level tertinggi sejak 3 Mei di 152,23. Euro turun 0,7% menjadi 165,59 yen (EUR/JPY), sementara Poundsterling terhadap Yen (GBP/JPY) dan Dolar Australia (AUD/JPY) harus kehilangan masing-masing 0,85% dan 1,3% terhadap mata uang Jepang.
Ada aksi spekulan yang diuntungkan dengan posisi short yen yang sangat besar, dan seiring dengan terjadinya pelonggaran, diyakini akan banyak stop yang terpicu dan banyak posisi short yen mulai terhenti. Pelaku pasar juga mulai mempertimbangkan tindakan BOJ minggu depan, jadi pikir hal itu juga berkontribusi terhadap pelonggaran lebih lanjut posisi jual yen.
Yen juga mendapat dukungan safe-haven karena sentimen risiko terpukul setelah Wall Street berakhir melemah tajam di tengah rotasi saham-saham teknologi yang sedang berlangsung. Situasi ini merelaksasi pasar saham teknologi dan perdagangan carry yen sehingga Nikkei, juga bersantai.
Aksi penghindaran risiko berdampak buruk pada dolar Australia dan Selandia Baru, yang sudah berada di bawah tekanan akibat melemahnya harga komoditas. Dolar Australia (AUD/USD) turun 0,55% $0,6545, sedangkan kiwi (NZD/USD) juga mencapai titik terendah 2-1/2 bulan di $0,5913. Kedua mata uang Antipodean berada di jalur penurunan mingguan masing-masing sebesar 1,5% dan 1,3%. Di tempat lain, euro (EUR/USD) datar di $1,0839, sementara poundsterling (GBP/USD) turun 0,12% menjadi $1,2890.
Data ekonomi yang dirilis adalah angka PMI yang menunjukkan pertumbuhan aktivitas bisnis zona euro terhenti pada bulan Juli, sementara aktivitas bisnis Inggris meningkat pada bulan yang sama. Aktivitas bisnis di AS juga meningkat ke level tertinggi dalam 27 bulan pada bulan Juli, namun perusahaan-perusahaan tampaknya mengalami kesulitan mempertahankan harga barang dan jasa yang lebih tinggi di tengah penolakan dari konsumen. Secara keseluruhan, rilis PMI ini belum mengubah pandangan bahwa ECB, BoE dan Fed akan memangkas suku bunga pada September.
Para pedagang juga memperhatikan laporan pasar AS pada awal kuartal kedua. Angka pertumbuhan yang akan disampaikan pada hari Kamis, meskipun hasilnya sepertinya tidak akan secara signifikan mengubah perkiraan penurunan suku bunga Fed tahun ini, karena langkah pada bulan September sudah diperhitungkan sepenuhnya.