ESANDAR – Indek saham global turun pada perdagangan di hari Rabu (29/05/2024) sementara imbal hasil (yield) Obligasi AS naik setelah lelang utang pemerintah yang lemah untuk ketiga kalinya berturut-turut. Para investor khawatir mengenai suku bunga AS yang lebih tinggi sementara mereka menunggu laporan inflasi utama AS yang akan dirilis pada hari Jumat besok. Indek dolar AS menguat karena didukung oleh imbal hasil obligasi yang lebih tinggi dan greenback naik ke level tertinggi empat minggu terhadap yen Jepang.
Bursa saham AS di Wall Street melemah setelah bursa saham Eropa ditutup melemah, indek saham MSCI global turun 8,58 poin, atau 1,08%, menjadi 783,87. Terakhir kali terjadi penurunan persentase satu hari yang lebih besar adalah pada tanggal 30 April. Penurunan ini masih dianggap wajar, mengingat saat ini mendekati akhir bulan sehingga orang-orang mungkin melakukan pembukuan keuntungan sementara.
Disisi lain, lemahnya lelang surat utang Treasury AS bertenor 7 tahun menyusul hasil serupa untuk Lelang surat utang 2 tahun dan 5 tahun pada hari Selasa turut membebani pasar. Dengan tingkat penjualan surat utang dalam lelang tujuh tahun lebih tinggi dibandingkan tingkat sebelum lelang, maka tiga lelang berturut-turut menghasilkan imbal hasil yang lebih tinggi. Suku bunga yang lebih tinggi kurang menarik dari sudut pandang penilaian ekuitas.
Investor saat ini fokus pada lelang Obligasi karena mereka menunggu rilis data ekonomi penting di akhir pekan ini. Laporan indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi Inti (PCE) AS – ukuran inflasi pilihan Federal Reserve – akan dirilis pada hari Jumat dan laporan tenaga kerja bulan Mei akan dirilis seminggu kemudian.
Survei Federal Reserve AS yang dikenal sebagai Beige Book menunjukkan aktivitas ekonomi terus meningkat dari awal April hingga pertengahan Mei, namun perusahaan-perusahaan menjadi semakin suram terhadap masa depan di tengah melemahnya permintaan konsumen sementara inflasi terus meningkat dengan laju yang tidak terlalu besar.
Indek Dow Jones ditutup turun 411,32 poin, atau 1,06%, pada 38.441,54, S&P 500 berakhir 39,09 poin, atau 0,74%, pada 5.266,95 dan Nasdaq turun 99,30 poin, atau 0,58%, menjadi ditutup pada 16,920.58.
Indek Eropa 600 ditutup turun 1,08% yang merupakan persentase penurunan satu hari terbesar sejak pertengahan April, karena kenaikan imbal hasil obligasi di tengah kekhawatiran bahwa suku bunga akan tetap tinggi lebih lama secara global dengan bukti baru tingginya inflasi yang terus-menerus di negara dengan ekonomi terbesar di kawasan ini memperburuk kekhawatiran.
Imbal hasil Treasury AS bertenor 10-tahun mencapai level tertinggi dalam empat minggu dan terakhir naik 7,2 basis poin pada 4,614%. Imbal hasil obligasi 2 tahun, yang biasanya bergerak sesuai ekspektasi suku bunga, naik 1,8 basis poin menjadi 4,9747%.
Bagan kurva imbal hasil Treasury AS yang diawasi dengan ketat mengukur kesenjangan antara imbal hasil obligasi tenor 2 dan 10 tahun, yang dipandang sebagai indikator ekspektasi ekonomi, menyempit menjadi negatif 36,3 basis poin. Imbal hasil tujuh tahun naik menjadi 4,64% dari 4,56%. Lelang utang tujuh tahun AS senilai $44 miliar pada hari Rabu menghasilkan imbal hasil yang tinggi sebesar 4,65%, di atas tingkat yang diharapkan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai permintaan utang pemerintah setelah lesunya lelang surat utang AS bertenor dua tahun dan lima tahun pada hari Selasa.
Pada perdagangan mata uang, indek dolar AS (DXY) naik 0,44% menjadi 105,12, dimana euro dalam perdagangan EUR/USD turun 0,51% pada $1,08. Terhadap yen Jepang, USD/JPY justru dolar AS menguat 0,34% menjadi 157,69, setelah mencapai level tertinggi sejak 1 Mei.
Pada perdagangan komoditi, harga minyak melemah di tengah kekhawatiran melemahnya permintaan bensin AS dan kekhawatiran The Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama. Harga minyak mentah AS turun 0,75% pada $79,23 per barel dan Brent turun 0,74% menjadi $83,60 per barel.
Harga emas di pasar spot turun 1,01% menjadi $2,337.07 per ons karena penguatan dolar AS, naiknya imbal hasil obligasi AS dan komentar bernada hawkish dari pejabat Fed pada hari Selasa masih membebani perdagangan.