Yen melemah secara keseluruhan dan mencapai level terendah dalam 15 tahun terhadap euro pada perdagangan di hari Selasa (31/10/2023) setelah langkah Bank of Japan untuk mengakhiri stimulus moneter selama bertahun-tahun membuat investor lesu, sementara indeks saham global menguat sehari sebelum Federal Reserve diperkirakan akan kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga saat ini, yang masih tinggi akan tetap lebih lama.
BOJ melonggarkan cengkeramannya pada suku bunga jangka panjang dengan lebih melonggarkan kebijakan pengendalian imbal hasil obligasi (YCC) yang menurut para analis merupakan langkah kecil dan tidak memadai. Para pedagang fokus pada janji BOJ yang dovish untuk “dengan sabar” mempertahankan kebijakan yang akomodatif, dan memperkirakan inflasi akan melambat di bawah 2% pada tahun 2025.
Alhasil, Yen jatuh ke level terendah baru dalam satu tahun terhadap dolar. Pada perdagangan USD/JPY, Dolar AS terakhir naik 1,7% pada 151,56 yen, berada di jalur kenaikan satu hari terbaiknya sejak akhir April. Sementara Euro juga melonjak terhadap mata uang Jepang ke level tertinggi dalam 15 tahun di 160,84 yen, dan terakhir naik 1,3% pada 160,20 yen. Mata uang ini berada pada laju kenaikan harian terbesarnya sejak akhir Juli.
Para pedagang mata uang tidak diragukan lagi akan mengincar yen setelah perubahan kebijakan Bank of Japan yang sangat ambigu tadi malam. Dengan masih banyak hal yang belum diketahui seputar fungsi reaksi bank sentral, dan serangkaian data yang lebih kuat dari perkiraan membantu meningkatkan imbal hasil AS, perbedaan suku bunga cenderung lebih agresif terhadap yen saat sesi ini berlangsung.
Sementara itu hasil perdagangan di bursa saham Eropa, indek menguat karena para investor merasa nyaman dengan kinerja regional yang kuat, pasar saham Asia sebelumnya melemah karena kekhawatiran baru terhadap prospek perekonomian Tiongkok menyusul lemahnya data manufaktur.
Di Wall Street, saham produsen alat berat Caterpillar turun karena persediaan dealer meningkat dan simpanan pesanan dalam jumlah besar menyusut, menunjukkan permintaan melambat. Saham Pfizer tetap datar setelah produsen obat tersebut melaporkan kerugian kuartalan pertamanya sejak 2019.
Investor terlihat menunggu untuk melihat apa yang dikatakan The Fed setelah pertemuan kebijakan dua hari yang berakhir pada hari Rabu.
Indek Dow Jones naik 135.04 poin, atau 0.41%, menjadi 33,064, S&P 500 naik 27.83 poin, atau 0.67%, menjadi 4,194.65 dan Nasdaq naik 65,13 poin, atau 0,51%, menjadi 12.854,61. Indeks STOXX 600 pan-Eropa naik 0,59% dan Indek MSCI Global naik 0,33%.
Imbal hasil Treasury jangka panjang turun karena investor menunggu pernyataan Fed dan komentar dari Ketua Fed Jerome Powell. Untuk Obligasi AS tenor 10-tahun pada pekan lalu bunganya mencapai level tertinggi dalam 16-tahun karena investor mempertimbangkan imbal hasil yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, dan kekhawatiran mengenai peningkatan pasokan Treasury AS. Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun naik 0,3 basis poin menjadi 4,880%.
Imbal hasil zona Euro turun karena data inflasi masing-masing negara menunjukkan penurunan keseluruhan blok mata uang hari ini. Imbal hasil acuan 10-tahun Jerman turun 5,5 basis poin menjadi 2,77%, menguji level terendah dua minggu hari sebelumnya.
Harga minyak melemah karena kekhawatiran investor berkurang mengenai potensi gangguan pasokan dari Timur Tengah. Selain itu, data menunjukkan peningkatan output dari OPEC dan Amerika Serikat. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember, ditutup 4 sen lebih rendah pada $87,41 per barel, menjelang habis masa berlakunya pada Selasa nanti. Kontrak Januari yang lebih banyak diperdagangkan turun $1,33, atau 1,4%, menjadi $85,02. minyak mentah AS untuk pengiriman bulan Desember turun $1,29, atau 1,6%, menjadi $81,02, sedangkan untuk pengiriman bulan Januari turun $1,18 menjadi $80,50.