Indeks dollar AS (DXY) menguat kembali sebesar 0.08% pada perdagangan di hari Rabu (13/09/2023). Sentimen kenaikan didapatkan dari laporan ekonomi yang menunjukkan indek harga konsumen (IHK) atau CPI AS mengalami kenaikan di bulan Agustus, bahkan lebih tinggi dari perkiraan awal. Hasil yang demikian ini mendukung gagasan Federal Reserve dapat bersikap lebih hawkish dalam kebijakan moneter kedepannya, dengan menaikkan suku bunga kembali.
Sebagaimana diketahui bahwa naiknya tingkat suku bunga akan menjadi sentiment positif bagi Dolar AS. Sedangkan pelemahan bursa saham AS memperkuat permintaan pasar akan likuiditas Dolar AS sebagai asset safe haven. Meski demikian, kenaikan ini akhirnya tertahan oleh penurunan pada imbal hasil Obligasi AS.
Sebagaimana dilaporkan bahwa IHK AS bulan Agustus meningkat menjadi +3,7% y/y dari +3,2% y/y di bulan Juli, lebih kuat dari ekspektasi +3,6% y/y. Namun, CPI bulan Agustus di luar pangan dan energi turun menjadi +4,3% y/y dari +4,7% y/y di bulan Juli, sesuai ekspektasi dan laju kenaikan paling lambat dalam hampir dua tahun.
Pasangan EUR/USD turun -0,22%. Berita ekonomi Zona Euro yang lebih lemah dari perkiraan pada hari Rabu membebani euro setelah produksi industri Zona Euro pada bulan Juli turun lebih dari yang diperkirakan. Penurunan euro terbatas setelah peluang kenaikan suku bunga sebesar 25bp oleh ECB pada hari Kamis naik menjadi 65% pada hari Rabu dari 46% pada hari Selasa setelah Reuters melaporkan proyeksi inflasi ECB, yang akan dirilis pada hari Kamis, akan tetap di atas 3% untuk tahun 2024 , memperkuat pandangan terhadap kebijakan ECB yang lebih hawkish.
Produksi industri Zona Euro bulan Juli turun -1,1% bulan/bulan, lebih lemah dari ekspektasi -0,9% bulan/bulan dan penurunan terbesar dalam 4 bulan. Reuters melaporkan bahwa perkiraan ekonomi baru ECB, yang akan dirilis pada hari Kamis, akan menunjukkan perkiraan inflasi Zona Euro untuk tahun 2024 di atas 3%.
Pasangan USD/JPY naik 0,26%. Yen membukukan penurunan moderat. Perbedaan bank sentral membebani yen, dengan ECB dan Federal Reserve menaikkan suku bunga sementara BOJ mempertahankan suku bunga terendah. Data ekonomi Jepang beragam untuk yen. Di sisi negatifnya, IHP Jepang bulan Agustus turun menjadi +3,2% y/y dari +3,4% y/y di bulan Juli, lebih baik dari ekspektasi +3,3% y/y dan dovish terhadap kebijakan BoJ. Sebaliknya, kondisi bisnis manufaktur besar BSI Q3 naik +5.8 menjadi 5.4, tertinggi sejak Q4 tahun 2021.
Selain itu, penguatan dolar AS turut membebani harga logam mulia. Emas dalam perdagangan di bursa berjangka AS untuk kontrak pengiriman bulan Oktober ditutup turun $2,80 atau 0,15%. Harga logam mulia berakhir cukup rendah, dimana emas jatuh ke level terendah dalam 3 minggu.
Meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga sebesar 25bp oleh ECB pada hari Kamis melemahkan logam mulia karena peluang kenaikan suku bunga ECB meningkat menjadi 65% pada hari Rabu dari 46% pada hari Selasa setelah Reuters melaporkan proyeksi ekonomi baru ECB akan menunjukkan inflasi tetap di atas 3% pada tahun 2024. memperkuat alasan untuk kebijakan ECB yang lebih ketat.
Selain itu, berlanjutnya likuidasi kepemilikan emas oleh dana bersifat bearish bagi emas setelah kepemilikan emas jangka panjang di ETF turun ke level terendah 3-1/3 tahun pada hari Selasa. Sisi positifnya, peningkatan ekspektasi inflasi mendorong permintaan logam mulia sebagai lindung nilai inflasi setelah tingkat inflasi impas 10 tahun AS naik ke level tertinggi dalam 4 minggu pada hari Rabu sebesar 2,371%.