Bursa saham AS, S&P 500 dan Nasdaq telah naik ke level tertinggi 14 bulan karena data ekonomi yang optimis. Ditengah kenaikan angka klaim pengangguran AS yang lebih tinggi dari yang diharapkan, penjualan ritel secara tak terduga naik pada bulan Mei karena konsumen meningkatkan pembelian kendaraan bermotor dan bahan bangunan, yang dapat membantu mencegah resesi dalam waktu dekat.
Sebagaimana dilaporkan pada Kamis (15/06/2023) bahwa angka Penjualan Ritel AS naik 0,3% untuk bulan Mei dibandingkan -0,1% yang diharapkan dan 0,4%. Penjualan Inti, di luar Otomotif, sesuai dengan dengan perkiraan pasar yakni naik 0,1% untuk bulan tersebut, dibandingkan dengan 0,4% sebelumnya.
Selanjutnya, Indeks Manufaktur Empire State Fed NY melonjak menjadi 6,6 pada bulan Juni dibandingkan -15,1 yang diharapkan dan -31,8 sebelumnya sedangkan Indeks Manufaktur Fed Philadelphia turun ke -13,7 untuk bulan tersebut dari -10,4 sebelumnya dan dibandingkan dengan -14 perkiraan pasar.
Angka Produksi Industri AS untuk bulan Mei mendingin ke -0,2% terhadap perkiraan 0,1% dan 0,5% sebelumnya sementara Klaim Pengangguran Awal mencetak ulang angka yang direvisi naik sebesar 262K untuk pekan yang berakhir pada 09 Juni versus 249K yang diharapkan.
Data statistik AS ini belum mengesankan, sehingga mendorong kembali kekhawatiran pasar bahwa Fed akan menaikkan suku bunga di bulan Juli. Klaim pengangguran yang lebih tinggi membantu memicu keyakinan bahwa Fed dapat menindaklanjuti dengan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Namun saat ini dikombinasikan dengan penjualan ritel yang lebih tinggi dari perkiraan, tampak seperti “bahan untuk soft landing” bagi ekonomi AS.
Terlepas dari data AS, kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) sebesar 25 basis poin (bps) dan petunjuk dari langkah selanjutnya juga membebani Dolar AS. Bank Sentral Eropa (ECB) mengumumkan kenaikan suku bunga 25 bps dan menyarankan lebih banyak langkah ke depan. Hal ini turut mendukung kenaikan bursa saham, atas munculnya risk appetite di kalangan investor.
Indek Dow Jones naik 447,13 poin atau 1,32% menjadi 34.426,46; sedangkan S&P 500 naik 56,06 poin atau 1,28% menjadi 4.428,65. Nasdaq naik 166,26 poin atau 1,22% menjadi 13.792,74.
Selain itu, PBoC juga memangkas suku bunga satu tahun untuk pertama kalinya dalam 10 bulan, sebesar 10 basis poin (bps), yang pada gilirannya memperkuat sentimen pasar, khususnya mendukung kenaikan harga saham di sektor energi dan harga minyak. Putusan China juga turut memberikan tekanan penurunan pada Indeks Dolar AS.
Dolar AS bergerak mendukung langkah the Fed sebelumnya, namun sejumlah sentiment di atas mendorong suasana risk-on membuat Greenback harus menjilat kenaikan sebelumnya. Bahkan imbal hasil obligasi Treasury AS juga ikut tenggelam. Alhasil, Dolar AS hanya bisa mengambil nafas jeda, turun kembali ke level terendah dalam lebih dari sebulan, mendekati angka bulat 102,00. Risk on yang terjadi membuat indek saham di Wall Street masing-masing menguat lebih dari 1,0% sedangkan imbal hasil obligasi Treasury AS 10-tahun anjlok menjadi 3,72%.