Harga minyak naik diatas $60

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Harga minyak naik sekitar 3% ke level tertinggi satu minggu pada perdagangan di hari Kamis (15/06/2023) di tengah melemahnya dolar AS dan lonjakan operasional kilang minyak di China. Harga minyak Brent berjangka naik $2,47, atau 3,4%, menjadi $75,67 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik $2,35, atau 3,4%, menjadi $70,62. Ini adalah harga penutupan tertinggi untuk Brent dan WTI sejak 8 Juni.

Pasar minyak mendapat dukungan dari laporan A.S. yang menunjukkan penjualan ritel secara tak terduga naik pada bulan Mei dan klaim pengangguran yang lebih tinggi dari perkiraan minggu lalu memangkas indek dolar AS (DXY) ke level terendah lima minggu versus sekeranjang mata uang lainnya. Dolar yang lebih lemah membuat minyak mentah lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat meningkatkan permintaan minyak.

Data pada hari Kamis juga menunjukkan throughput kilang minyak China naik 15,4% pada bulan Mei dari tahun sebelumnya, mencapai rekor total tertinggi kedua. Permintaan minyak China diperkirakan akan terus meningkat pada tingkat yang pasti selama paruh kedua tahun ini.

Tentu saja kemudian kita melihat situasi makro dimana dolar (AS) turun sebagian karena jeda Federal Reserve AS dalam menaikkan suku bunga, sementara di Eropa mereka masih menaikkan suku bunga. Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga ke level tertinggi 22 tahun seperti yang diharapkan pada hari Kamis. Ini mengisyaratkan pengetatan kebijakan lebih lanjut, karena memerangi inflasi yang tinggi.

“Prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi masih sangat tidak pasti,” kata Presiden ECB Christine Lagarde.

Pada hari Rabu, Fed mempertahankan suku bunga tidak berubah tetapi mengisyaratkan kenaikan setidaknya setengah poin persentase pada akhir tahun. Suku bunga yang lebih tinggi pada akhirnya meningkatkan biaya pinjaman bagi konsumen, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Di sisi penawaran, analis memperkirakan pengurangan produksi minyak mentah sukarela yang diterapkan pada bulan Mei oleh OPEC+, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, dan oleh Arab Saudi pada bulan Juli, untuk mendukung harga pada saat permintaan kuat. UBS memperkirakan defisit pasokan sekitar 1,5 juta barel per hari (bpd) di bulan Juni dan lebih dari 2 juta bpd di bulan Juli. Begitu defisit ini terlihat pada persediaan minyak di darat, kami perkirakan harga minyak cenderung lebih tinggi, jelas UBS.

Di Irak, delegasi energi Turki akan bertemu dengan pejabat perminyakan Irak di Baghdad pada 19 Juni untuk membahas dimulainya kembali ekspor minyak Irak utara, kata wakil menteri perminyakan Irak untuk urusan hulu, Basim Mohammed, kepada Reuters. Turki menghentikan 450.000 barel per hari ekspor utara Irak melalui pipa Irak-Turki pada 25 Maret setelah putusan arbitrase oleh Kamar Dagang Internasional (ICC).