Tempat berlindung yang aman AS dolar melambung pada hari Senin (16/08/2022) sementara mata uang yang sensitif dengan fluktuasi pergerakan harga komoditas termasuk dolar Australia justru jatuh setelah sekumpulan data baru dari China mengecewakan. Hal ini mendukung kekhawatiran pasar bahwa perekonomian global bisa memasuki fase resesi.
Dalam laporan terkini, produksi industri China, angka penjualan ritel dan investasi asset tetap semuanya jatuh dan mengecewakan dari perkiraan awal. Jatuhnya sejumlah indikator ekonomi ini sebagai konsekuensi dari dilakukannya penguncian Covid-19 selama beberapa waktu lalu di China. Alhasil, proyeksi permintaan komoditi jatuh dan membuat harga merosot. Pada gilirannya hal ini turut merugikan mata uang yang terkenal dekat dengan asset komoditi, dolar Australia.
Kekhawatiran tentang jatuhhnya permintaan China untuk komoditas berpotensi menurunkan margin emiten. Hal ini membuat para investor mulai melakukan aksi risk-off, membuat indek saham tertekan dan Dolar AS menguat. Indek DXY naik 0,79% menjadi 106,52. Euro turun 0,97% terhadap dolar menjadi $1,0157. Dolar Australia, yang juga dipandang sebagai proxy untuk pertumbuhan global, turun 1,43% menjadi $0,7021. Dolar Selandia Baru turun 1,45% menjadi $0,6363.
Sementara Yuan yang diperdagangkan di luar negeri turun ke 6,8197, terlemah sejak 16 Mei, setelah bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman utama dalam langkah mengejutkan untuk menghidupkan kembali permintaan.
Indeks dolar telah jatuh dari level tertinggi 20-tahun di 109,29 pada 14 Juli di tengah harapan bahwa Federal Reserve akan memperlambat laju kenaikan suku bunga yang agresif dan bahwa kenaikan inflasi terburuk mungkin telah berlalu. Kekhawatiran bahwa pengetatan The Fed akan mengirim ekonomi ke dalam resesi juga telah mengirim yield obligasi AS turun. Namun demikian, para pejabat Fed telah mempertahankan nada hawkish sambil menyatakan bahwa terlalu dini untuk menyatakan kemenangan atas perang melawan inflasi.
The Fed memberi tahu kami bahwa mereka ingin memperketat kondisi keuangan dan pasar telah melonggarkannya, jadi The Fed harus mengarahkan poinnya dengan kenaikan suku bunga yang lebih besar. Diharapkan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan berkala mereka di bulan September nanti.
Data ekonomi yang dirilis pada minggu ini termasuk produksi industri pada hari Selasa dan penjualan ritel pada hari Rabu juga dapat membantu meredakan kekhawatiran bahwa perekonomian AS dapat berkontraksi lagi. Hal ini tentu akan mendorong greenback naik. Sementara angka pembangun rumah untuk keluarga tunggal AS dan tingkat aktivitas pabrikan di sejumlah negara bagian dibawah wilayah kerja Federal Reserve New York dilaporkan turun pada bulan Agustus ke level terendah sejak dekat awal pandemi COVID-19, demikian data pada hari Senin menunjukkan.