Dolar melonjak ke level tertinggi lebih dari dua tahun pada akhi pekan dan terus menarik dukungan dari pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell sehari sebelumnya, yang tampaknya mendukung pengetatan setengah poin persentase pada pertemuan kebijakan bulan depan, serta pernyataannya tentang kemungkinan kenaikan suku bunga berturut-turut tahun ini. Indek dolar AS, mencapai 101,33, tertinggi sejak Maret 2020, berakhir dengan catatan naik 0,6% pada 101,16. Ini merupakan persentase kenaikan harian terbesar sejak pertengahan Maret. Sepanjang tahun ini, indeks dolar telah naik 5,7%.
Secara fundamental makro, pergerakan Dolar AS masih mengarah naik karena imbal hasil Treasury jangka pendek vs jatuh tempo yang sebanding pada imbal hasil negara lain masih positif dan inflasi tinggi secara global. Bagi pasar, penggerak makro ini bekerja dengan baik sampai dolar mencapai tingkat di mana pertumbuhan ekonomi terganggu secara signifikan dan kelayakan kredit utang pemerintah AS dicurigai.
Powell pada hari Kamis mengatakan kenaikan suku bunga setengah poin “akan berada di atas meja” ketika bank sentral AS bertemu pada 3-4 Mei. Fed Fund Rate (FFR) sebagai suku bunga acuan telah mulai memperhitungkan kenaikan 50 basis poin ketiga pada bulan Juli, setelah kenaikan yang sama pada bulan Mei dan Juni, dan hampir 250 basis poin dari kenaikan kumulatif pada tahun 2022.
Bagi pelaku pasar sendiri meski Fed melakukan kenaikan 50 basis poin secara beruntun, hal itu masih pada tingkat yang paling bawah atau di bawah netral. Pasar mungkin tidak merasa pengetatan yang berlebihan karena bahkan setelah kenaikan ini diberlakukan, kebijakan masih akan longgar, masih akomodatif.
Euro turun 0,4% menjadi $ 1,0792, setelah pejabat Bank Sentral Eropa mengirim sinyal kebijakan yang beragam. Presiden ECB Christine Lagarde memberikan nada dovish pada hari Kamis dengan mengatakan bank sentral mungkin perlu memangkas prospek pertumbuhannya sehari setelah dove ECB Luis de Guindos bergabung dengan beberapa pembuat kebijakan dalam menyerukan diakhirinya lebih awal skema pembelian aset bank ditambah dengan kenaikan suku bunga pada bulan Juli yang akan datang.
Investor juga menunggu pemilihan presiden Prancis putaran kedua hari Minggu antara petahana Emmanuel Macron dan penantang sayap kanan Marine Le Pen, dengan jajak pendapat terbaru menunjukkan Macron menang dengan 55% suara. Kemenangan Le Pen dapat memicu ketegangan dengan sekutu Eropa dan membebani euro, kata para analis.
Poundsterling jatuh terhadap dolar ke level terendah sejak November 2020 setelah data penjualan dan komentar Bank of England baru-baru ini mengisyaratkan kemungkinan perlambatan di jalur kenaikan suku bunga yang diharapkan. Pound turun 1,5% terhadap dolar menjadi $ 1,2832 per, setelah mencapai $ 1,2830, terendah sejak Oktober 2020.
Terhadap yen, dolar naik 0,2% menjadi 128,55 yen. Yen masih dalam jarak yang sangat dekat dari level terlemahnya sejak April 2002 di 129,43 yen per dolar yang dicapai pada hari Rabu. Sejak awal tahun, yen telah kehilangan lebih dari 10% nilainya terhadap dolar yang bangkit kembali. Pelemahan yen telah menaikkan biaya harga impor seperti komoditas, yang masih dihargai dalam dolar. Pedagang secara keseluruhan tetap waspada terhadap intervensi dari pejabat moneter Jepang untuk memperkuat yen.
Dikabarkan bahwa Jepang dan Amerika Serikat kemungkinan membahas gagasan intervensi mata uang terkoordinasi untuk membendung penurunan yen lebih lanjut selama pertemuan para pemimpin keuangan bilateral. Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki menggambarkan penurunan yen baru-baru ini sebagai “tajam” dan mengatakan dia setuju dengan Menteri Keuangan AS Janet Yellen untuk berkomunikasi secara dekat tentang pergerakan mata uang.