Pada Jumat (11/02/2022), pelaku pasar menantikan data rilisan dari Universitas Michigan mengenai indek sentiment konsumen untuk bulan Januari. Kajian terkini menunjukkan bahwa indek konsumen pribadi tersebut diperkirakan akan naik tipis dari 67.2 ke 67.5. Jika ini sesuai dengan ekspektasi, diyakini akan memperkuat sentiment laju kenaikan inflasi. Hal ini tentu akan semakin memperkuat nilai Dolar AS.
Disisi lain, pelaku pasar juga akan mencari isyarat kebijakan moneter dari Federal Reserve yang dijadwalkan akan menerbitkan laporan kebijakan moneternya. Undang-undang Federal Reserve mengharuskan Dewan Federal Reserve untuk menyerahkan laporan tertulis kepada Kongres yang berisi diskusi tentang “pelaksanaan kebijakan moneter dan perkembangan ekonomi dan prospek masa depan.”
Pada perdagangan hari Kamis, Dolar AS melonjak setelah data inflasi AS yang panas. Indek Harga Konsumen (IHK) AS terus naik dengan kuat bulan lalu, sebagaimana laporan dari Departemen Tenaga Kerja, menghasilkan kenaikan inflasi tahunan terbesar dalam 40 tahun. Dolar AS naik setelah pembacaan inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, dimana data ini akan memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve AS bisa lebih agresif dalam memerangi lonjakan harga.
Data ini memicu spekulasi di pasar keuangan bahwa bank sentral AS akan memicu kenaikan suku bunga 50 basis poin pada bulan Maret untuk menjinakkan inflasi, yang telah melampaui target 2% Fed. Sebagaimana dilaporkan bahwa Indeks harga konsumen naik 0,6% Pada Januari dari Desember, Departemen Tenaga Kerja mengatakan, sementara tahun-ke-tahun indeks melonjak 7,5% – kenaikan terbesar sejak Februari 1982.
Penguatan Dolar AS juga didukung oleh data klaim pengangguran di minggu lalu. Pengajuan pengangguran pertama kali melanjutkan tren penurunan baru-baru ini karena tekanan terkait Omicron di pasar tenaga kerja mulai mereda, menurut laporan klaim pengangguran mingguan terbaru Departemen Tenaga Kerja.
Klaim pengangguran awal untuk pekan yang berakhir 4 Februari datang di 223.000 versus 230.000 yang diharapkan. Namun, 238.000 klaim minggu sebelumnya direvisi naik menjadi 239.000. Klaim lanjutan sebagai ukuran jumlah individu yang menganggur dan saat ini menerima tunjangan pengangguran – untuk pekan yang berakhir 29 Januari mencapai 1,621 juta versus 1,615 juta yang diharapkan.
Klaim untuk asuransi tenaga kerja terus turun dalam beberapa pekan terakhir setelah lonjakan singkat pada pertengahan Januari menjadi hampir 300.000 pengajuan – level tertinggi sejak Oktober. Lonjakan pekerja AS yang mengajukan tunjangan ini dikaitkan dengan tekanan berbahan bakar Omicron dan tenaga kerja yang disesuaikan setelah kenaikan perekrutan musiman pada akhir tahun lalu.
Poundsterling sempat terlempar di atas level 1,36 terhadap dolar, sebelum jatuh ke kisaran 1,35 menyusul angka inflasi AS yang tinggi ini. Sementara perekonomian Inggris justru mengalami kontraksi sebesar 0,2% pada bulan Desember karena varian Omicron membatasi pemulihan, menurut data PDB yang dirilis oleh Kantor Statistik Nasional pagi ini – mendorong ekonomi kembali ke level pra-pandemi pada Februari 2020. Namun, angka ini lebih kecil daripada yang ditakutkan oleh para ekonom.