ESANDAR, Jakarta – Presiden Donald Trump menegaskan keputusannya untuk menerapkan kembali sanksi atas penjualan minyak Iran ditujukan kepada pemerintah dan bukan “rakyat Iran yang telah lama menderita.”
Sayangnya, dilihat dari Teheran kondisinya sangat berbeda.Harapan orang-orang Iran yang mengalami satu dekade sanksi dan melihat kesepakatan nuklir 2015 sebagai janji standar hidup yang lebih baik telah putus-putus. Bahkan sebelum tindakan itu berlaku hari ini, mata uang nasional telah kehilangan sekitar 70 persen nilainya terhadap dolar.
Beberapa pembeli menimbun barang sementara sejumlah pengecer menahan produk untuk mengantisipasi harga lebih tinggi yang akan datang. Itu mendorong peringatan dari pihak berwenang dan kunjungan mendadak oleh pasukan keamanan untuk menghentikan latihan.
Para pemimpin tinggi Iran telah menyatakan akan membangkan sanksi ini, bersumpah untuk menjaga ekonomi mengapung dan bekerja dengan mitra Eropa untuk kesepakatan nuklir untuk menjaga saluran bisnis tetap terbuka. Dan setidaknya delapan negara akan mendapatkan keringanan untuk mengimpor minyak mentah Iran.
Tetapi pihak berwenang khawatir. Menghadapi protes publik sporadis sejak bulan Desember, mereka telah mengumumkan rencana untuk membagikan keranjang makanan kepada orang miskin. Ini semacam tanda yang mereka khawatirkan akan datang lebih buruk.
Pembangkangan Iran atas sanksi ini ditegaskan oleh Presiden Hassan Rouhani pada Senin (05/11). Berbicara dalam siaran langsung di televisi pemerintah, Rouhani menyatakan bahwa Iran akan terus menjual minyaknya dan melanggar sanksi yang diberlakukan kembali oleh Amerika Serikat pada sektor energi dan perbankan. “Amerika ingin memotong penjualan minyak Iran … tetapi kami akan terus menjual minyak kami …dan mengabaikan sanksi tersebut,” kata Rouhani.