Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Pertumbuhan belanja konsumen Inggris pada tahun ini diperkirakan terendah dalam enam tahun, sehingga memberikan lebih banyak tekanan bagi perusahaan retail konvesional, EY ITEM Club memperkirakan pada hari Senin (24/06/2019). Diperkirakan bahwa pengeluaran konsumen dari tahun lalu telah mengalami peningkatan sebesar 1.6%. Hasil tersebut lebih baik dari perkiraan awal seebesar 1.3%.

Dorongan kenaikan belanja konsumen didapatkan dari kenaikan pertumbuhan lapangan kerja yang kuat serta pertumbuhan sektor riil pada semester kedua tahun 2018 dan awal 2019. Namun demikian, prospek pertumbuhan ini sekarang melemah, tambah kelompok analis ekonomi tersebut.

Howard Archer, kepala penasihat ekonomi untuk EY ITEM Club  menjabarkan bahwa peningkatan dalam daya beli konsumen secara signifikan kurang terpengaruh oleh perubahan investasi dan ketidakpastian atas ekonomi Inggris serta masalah Brexit. Sementara kepercayaan konsumen pada akhir 2018 atau awal 2019 semakin lemah ke level terendah sejak pertengahan 2013, berdasarkan persepsi keuangan pribadi dan kemauan untuk berbelanja umumnya bertahan jauh lebih baik daripada pandangan ekonomi, tambahnya.

Pihaknya menduga pertumbuhan pendapatan yang memuncak pada awal 2019. Kemungkinan akan tetap sedikit di bawah level itu selama sisa 2019 dan mungkin di luar, ujar Archer. Dikatakan olehnya  bahwa kekuatan di pasar tenaga kerja akan semakin tertekan selama beberapa bulan mendatang karena perusahaan menyesuaikan pandangan mereka dengan ekonomi domestik yang tidak bersemangat, ketidakpastian Brexit yang berkepanjangan, situasi politik domestik yang tidak menentu dan lingkungan global yang menantang.

Akibatnya, diperkirakan pertumbuhan lapangan kerja akan melambat menjadi 1.0% pada 2019 dan 0.6% pada 2020 dari 1.2% pada 2018, jelas Archer. Lebih jauh dikatakan bahwa melambatnya pertumbuhan belanja konsumen akan menambah tekanan yang dihadapi retail konvesional karena mengubah kebiasaan belanja dan lebih banyak belanja bergerak secara online.

Sebagaimana diketahui bahwa baik Debenhams dan Marks & Spencer telah mengumumkan penutupan toko, sementara Topshop hingga Dorothy Perkins dari Philip Green juga telah menghentikan operasional bulan ini. Hal ini terjadi ketika sektor ritel Inggris tengah berjuang dengan kenaikan biaya tenaga kerja, pajak properti bisnis, dan meningkatnya persaingan online. Julie Carlyle, analis sektor ritel EY ITEM mengatakan meskipun pengeluaran konsumen dibandingkan dengan bagian ekonomi lainnya, itu jauh lebih lemah daripada di tahun-tahun sebelumnya. (Lukman Hqeem)