Sektor manufaktur AS melemah, konsekuensi Perang Dagang menimbulkan kenaikan biaya dan ongkos dalam negeri. (Foto Istimewa).

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Lembaga kajian Markit, memaparkan hasil kajian mereka akan tingkat produksi manufaktur dan jasa untuk bulan Maret pada Jumat (22/03). Hasilnya adalah Indek Pembelian Manajer (PMI) manufaktur turun pada level terendah dalam 21 bulan. Sementara Indek PMI sektor jasa melemah dalam dua bulan ini.

Indek PMI manufaktur mengalami penurunan cepat dari posisi 53 dibulan Februari menjadi 52,5 dibulan Maret. Sementara PMI sektor jasa turun menjadi 54,8 dari posisi bulan sebelumnya di angka 56.

PMI manufaktur cepat turun menjadi 52,5 dari 53 pada Februari, sedangkan PMI jasa turun menjadi 54,8 dari 56. Meskipun turun, dengan bertahan diatas angka 50, menunjukkan kondisi yang masih ekspansif.

Sementara pembacaan “kilat” ini didasarkan pada sekitar 85% dari jumlah akhir produksi yang diterima setiap bulan. PMI Kilat turun ke level terendah dalam 6-bulan di angka 54,3 dari sebelumnya di 55,5 pada bulan Februari. Perlambatan aktifitas pabrik sekarang terlihat, dimana pertumbuhan produksi barang di level terendah dalam 33 bulan terakhir. Meski demikian, pertumbuhan sektor jasa juga berkurang. Survei menunjukkan pertumbuhan akan tetap di atas 2% di Q1.

Kajian tersebut memberikan gambaran bahwa jumlah pekerjaan baru yang ada mengalami kenaikan pada laju terlemah sejak April 2017, kata laporan itu, karena pola pengeluaran yang hati-hati di antara klien dan sentimen bisnis yang kurang optimis. Data terbaru untuk peningkatan terlemah dalam jumlah penggajian sejak Juni 2017, kata laporan itu.

Kondisi yang demikian ini semakin parah dengan lingkungan global, dimana kondisi di luar negeri lebih buruk. Indek PMI manufaktur di zona euro telah jatuh ke level terendah dalam 71-bulan di angka 47,6 pada bulan Maret. Jerman sendiri mengalami penurunan ke 44,7, yang merupakan level terendah dalam 79-bulan.

Secara garis besar, dengan jatuhnya imbal hasil Obligasi AS dan membalik kurva imbal hasilnya menimbulkan kekhawatiran akan datangnya resesi ekonomi AS dan ekonomi global. Potensi yang demikian ini bisa mendorong The Federal Reserve untuk mengurangi perkiraan kenaikan suku bunga.

Kesenjangan semakin membuka antara sektor manufaktur dan jasa, namun dengan barang dan eksportir berjuang di tengah lingkungan eksternal yang memburuk dan kekhawatiran mengenai dampak perang perdagangan. Dalam kajian ini, tingkat produksi mengalami penurunan pada bulan Maret dan menjadi hambatan ekonomi pada kuartal pertama demikian menurut Chris Williamson, kepala ekonom bisnis dari IHS Markit.

Paska pengumuman ini, Indek Dow Jones merosot hingga hampir 200 poin. (Lukman Hqeem)