Dolar AS melemah, Yen terus menguat

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Dolar AS berbalik kembali menguat setelah dijatuhkan ke posisi terendah dalam perdagangan awal minggu ini, Senin (25/03). Kelegaan menyelimuti pasar setelah terjadi kekhawatiran bahwa Amerika Serikat akan mengalami resesi.

Greenback jatuh di hari Jumat karena bentang antara imbal hasil obligasi tenor 3-bulan dan imbal hasil tenor 10-tahun berbalik untuk pertama kalinya sejak 2007. Peristiwa ini terjadi setelah data PMI manufaktur AS yang lemah.

Berbaliknya bentuk kurva imbal hasil, dalam sejarahnya memberikan isyarat akan datangnya resesi. Tak ayal bila pejabat Bank Sentral AS memberikan pendapat yang penuh kehati-hatian dalam pekan lalu. Ini semakin memperkuat dugaan pasar bahwa prospek pertumbuhan ekonomi AS dan dunia akan terganggu.

Dolar AS sendiri menguat sekitar 0,2 % terhadap Yen dengan diperdagangkan di 110,13 yen setelah tenggelam ke 109,745 pada hari Jumat. Ini merupakan level terendah sejak 11 Februari.

Penurunan dolar pada perdagangan di hari Jumat tampaknya merupakan reaksi dari berbaliknya kurva imbal hasil secara berlebihan. Para investor memilih untuk memburu Yen Jepang, bahkan beberapa diantaranya melakukan perburuan untuk mendukung USDJPY. Sebaliknya, respons terhadap laporan Mueller terbatas.

Sebagaimana dikabarkan bahwa Penasihat Khusus Presiden, Robert Mueller tidak menemukan bukti kolusi antara tim kampanye Presiden Donald Trump dan Rusia, namun juga tidak memberikan bukti yang cukup untuk menjamin Trump menghadapi dakwaan Jaksa Agung AS William Barr sebagaimana dikatakan pada hari Minggu.

Indeks dolar tidak berubah pada 96,651 setelah menghapuskan kenaikan sebesar 0,15 % pada hari Jumat. Euro sedikit berubah pada $ 1,1297. Mata uang bersama ini telah kehilangan sekitar 0,7 % pada hari Jumat setelah survei manufaktur Jerman yang jauh lebih lemah dari perkiraan meningkatkan kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi negara terbesar Eropa dan zona euro yang lebih luas. Sementara Dolar Australia, dipandang sebagai proksi likuid untuk pertumbuhan global, berdiri sedikit berubah pada $ 0,7077.

Poundsterling mengalami koreksi tipis sekitar 0,1 % pada kisaran perdagangan di $ 1,3200. Poundsterling dalam perdagangan GBPUSD telah naik sebesar 0,8 % pada hari Jumat, dibantu oleh melemahnya Euro setelah para pemimpin Uni Eropa memberi Perdana Menteri Inggris Theresa May penangguhan hukuman dua minggu untuk memutuskan bagaimana Inggris akan meninggalkan Uni Eropa.(Lukman Hqeem)