Harga Minyak

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga minyak merosot pada perdagangan hari Selasa (13/11). Untuk minyak mentah sebagai patokan AS menetap di posisi terendah sepanjang tahun ini. Hasil perdagangan ini memperpanjang rekor kerugiannya untuk ke-12 kalinya. Sementara harga minyak mentah Brent, sebagai patokan harga global secara resmi memasuki tren harga turunnya.


Minyak berjangka baru saja melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya, pasar menilai sebagai akibat permintaan Trump agar harga minyak mentah lebih rendah. AS memulai kekacauan ini dengan menjatuhkan sanksi kepada Iran. Kemudian menarik gigi produksi secara kencang. Disaat yang sama Iran masih memproduksi dan menjual. Pada saat yang sama, Arab Saudi menaikkan produksi mereka untuk mengimbangi penurunan yang diharapkan Iran, akibatnya terlalu banyak minyak di pasar.


Meningkatnya produksi dan melemahnya sanksi minyak AS terhadap Iran, yang mencakup keringanan bagi importir besar minyak mentah seperti China, membantu menyumbang harga lebih rendah. Kerugian memanas di sesi perdagangan hari Senin, dimana harga minyak mentah untuk kontrak pengiriman bulan Desember, turun $ 4,24, atau 7,1%, untuk menetap di harga $ 55,69 per barel di New York Mercantile Exchange.


Harga Itu merupakan penutupan kontrak bulan depan terendah sejak 16 November 2017, dan persentase penurunan satu hari terbesar dalam lebih dari tiga tahun. Penurunan harga ini menandai penurunan berturut-turut ke-12, yang menjadi rangkaian kerugian terpanjang untuk komoditas sejak WTI mulai berdagang pada tahun 1983.


Ada sejumlah optimism bahwa produksi yang dilakukan Arab Saudi ini mendekati titik batas atas jangkauan produksi mereka dan mereka diyakini tidak dapat mempertahankan tingkat produksi ini terlalu lama. Dengan kata lain, meskipun produksi meningkat, namun berada di ujung atas pasokan, dengan semua orang memproduksi seolah-olah Iran terputus. Oleh sebab itu, harga minyak saat ini bisa menjadi harga termurah dan bersiap naik kembali.


Setelah harga minyak mentah jenis WTI jatuh ke pasar beruang pekan lalu, yang didefinisikan sebagai penurunan setidaknya 20% dari puncak baru-baru ini. – didorong cuitan Presiden Donald Trump pada hari Senin menambah kesengsaraan minyak, karena ia menyuarakan penolakan atas potensi pengurangan produksi oleh Arab Saudi dan Organisasi Negara Pengekspor Minyak, dan mengatakan harga “harus jauh lebih rendah berdasarkan pasokan!”


Pada hari Selasa, patokan global minyak mentah Brent resmi memasuki tren penurunan harga, dengan turun sekitar 24% dari puncaknya pada bulan Oktober. Harga Brent untuk kontrak bulan Januari jatuh $ 4,65, atau 6,6%, untuk menetap di $ 65,47 per barel di ICE Futures Europe.


OPEC memperkirakan pemangkasan produksi minyak sebagai risiko melimpahnya pertumbuhan global. Siapa pun yang berpikir bahwa serangan verbal presiden AS terhadap OPEC akan berakhir setelah pemilihan kongres AS terbukti salah. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana Arab Saudi dan OPEC akan merespon ledakan produksi ini.


Seperti diketahui bahwa OPEC dan sejumlah negara non OPEC, seperti Rusia diperkirakan menaikkan produksi minyak mentah pada bulan Oktober. Kenaikan ini dilakukan mereka guna mengimbangi penurunan yang terjadi ketika Iran mendapatkan sanksi AS, yang sudah berlaku mulai 4 November ini.


Badan Informasi Energi pada hari Selasa mengatakan pihaknya memperkirakan kenaikan produksi minyak dari tujuh utama produsen minyak serpih AS sebesar 113.000 barel per hari pada bulan Desember hingga 7.944 juta barel per hari. Sementara laporan minyak bulanan Badan Energi Internasional baru akan keluar hari Rabu.


Data pasokan minyak bumi mingguan dari EIA akan dirilis Kamis, sehari lebih lambat dari biasanya karena hari libur Hari Veteran pada Senin kemarin. Analis yang disurvei oleh S & P Global Platt mengharapkan lembaga pemerintah itu akan melaporkan kenaikan 2,3 juta barel dalam stok minyak mentah untuk pekan yang berakhir 9 November. Itu akan menandai kenaikan mingguan kedelapan berturut-turut. (Lukman Hqeem)