Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Harga emas global melonjak ke rekor tertinggi, sayangnya kenaikan ini dapat mengurangi potensi konsumsi selama musim pernikahan di India. Namun demikian, arus pembelian di negara Cina sebagai konsume utama emas dunia diyakini akan naik. Ada lonjakan permintaan emas sebagai asset safe-haven di tahun ini. Sebagaimana diketahui bahwa baik Cina dan India adalah konsumen terbesar dunia dimana mereka menyumbang lebih dari setengah total permintaan emas global.

Harga emas di pasar spot mencapai rekor tertinggi $2,164.09 pada hari Kamis (07/03/2024), sebagian besar didorong oleh spekulasi pelonggaran moneter AS, yang meningkatkan selera investor terhadap emas kertas dengan imbal hasil nol dibandingkan dengan aset pesaing seperti obligasi Treasury dan dolar.

Di India, konsumen emas terbesar kedua di dunia dan importir utama, harga dalam negeri naik hingga rekor 65.587 rupee per 10 gram. Sontak kenaikan harga ini menyebabkan penurunan permintaan yang mendorong dealer menawarkan diskon sekitar $14 per ounce atas harga resmi dalam negeri – termasuk 15% impor dan 3% pungutan penjualan – dibandingkan premi $1 minggu lalu.

Konsumen kesulitan untuk membeli dengan tingkat harga saat ini. Jika harga tetap setinggi ini, hal ini akan mempengaruhi permintaan selama musim pernikahan yang sedang berlangsung di India. Tidak ada alasan bagi bank dan perusahaan perhiasan emas untuk melakukan impor. Dengan demikian, impor pada bulan Maret dapat diabaikan.

Dalam budaya India, Emas adalah bagian intrinsik dari adat pernikahan dan musim pernikahan berlangsung di musim panas saat ini. Persediaan perhiasan bekas juga semakin meningkat. Konsumen yang perlu membeli memilih untuk menukar perhiasan lama dengan yang baru.

Sementara itu di Cina, para pedagang besar memangkas premi menjadi $25-$36 dibandingkan harga acuan dibandingkan $36-$48 pada minggu lalu, namun para pedagang mengatakan permintaan secara keseluruhan akan kuat pada tahun 2024.

Meskipun terjadi lonjakan harga, namun tetap mendorong beberapa penjualan. Diyakini bahwa permintaan akan meningkat setelah beberapa waktu karena masyarakat bisa saja telah terbiasa dengan level harga saat ini. Permintaan emas sebagai asset safe-haven tetap meningkat.

Para konsumen emas di Asia dikenal memang sensitif terhadap lonjakan harga, namun hal itu mungkin berubah. Pola pikirnya berubah dengan seiring kenaikan harga di pasar. Hal ini diperkuat dengan masih tingginya pembelian saat ini.

Disisi lain, lonjakan harga emas juga dapat menarik minat investor baru di wilayah lain. Reli yang berkelanjutan dapat menghidupkan kembali aktivitas pembelian di Jerman, pusat ritel utama koin dan batangan.