ESANDAR, Jakarta – Indikator ekonomi Jepang terkini menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur kembali mengalami pertumbuhan di bulan April. Ini merupakan yang pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir. Dorongan kenaikan disebabkan banyak perusahaan mempekerjakan lebih banyak pekerja dan lebih optimis tentang prospek bisnis, demikian jajak pendahuluan yang dirilis pada hari Selasa (07/05).
Sayangnya, jajak pendapat tersebut juga mengisyaratkan terjadinya penurunan ekspor pada bulan April dalam tingkat yang lebih cepat dari bulan sebelumnya. Ini menjadi pengingat akan terjadinya kerusakan pada sektor eksportir sebagai dampak samping atas Perang Dagang AS-China dan lemahnya permintaan global, khususnya untuk produk semikonduktor disisi lainnya.
Indek Purchasing Managers (PMI) dari Markit ini mengalami kenaikan ke angka 50.2 dari sebelumnya di angka 49.2. Untuk pertama kalinya sejak Januari, indek kembali di atas ambang 50 yang memisahkan antara kontraksi dan ekspansi.
Dalam keterangannya, Joe Hayes salah satu ekonom dari IHS Markit, menyatakan bahwa tumbuhnya kembali aktifitas manufaktur Jepang ini mengisyaratkan bahwa momentum penurunan baru-baru ini diyakini telah mereda untuk saat ini. Disisi lain, lemahnya permintaan semikonduktor menimbulkan kesulitan bagi perusahaan-perusahaan di industri semi-konduktor. Sementara industri otomotif dalam beberapa bulan terakhir, menunjukkan sinya pemulihan. Ini menjadi bukti anekdotal bahwa optimisme yang lebih kuat sebagian didorong oleh perkiraan yang lebih optimis untuk dua industri utama Asia ini.
Lebih jauh disebutkan bahwa indek pesanan ekspor baru turun pada kecepatan yang lebih tajam, turun menjadi 47.8 dari 48,1 pada bulan Maret. Sementara biaya operasional terus meningkat di tengah kenaikan harga bahan bakar, tenaga kerja dan bahan mentah, para perusahaan hanya dapat meneruskan sejumlah kenaikan harga tersebut kepada pelanggan.
Pada pekan lalu, produksi industri Jepang telah dikabarkan mengalami penurunan dalam kwartal pertama tahun ini. Melaju dalam posisi paling lambat dalam masa hampir lima tahun terakhir ini. Ini menunjukkan bahwa perekonomian Jepang mungkin mengalami kontraksi ringan di kwartal pertama dimana para produsen tengah berjuang disaat perang dagang AS-China berlangsung dan terjadinya perlambatan ekonomi China. (Lukman Hqeem)