Dolar AS memperpanjang kenaikannya secara beruntunnya, dengan berakhir lebih tinggi dalam perdagangan di hari Selasa (06/09/2022) terhadap sebagian besar rival utamanya. EUR dan JPY adalah yang berkinerja terburuk, mereka jatuh ke posisi terendah multi-tahun melawan saingan mereka King Dolar AS. Bahkan EUR/USD diperdagangkan serendah 0,9863, dimana sekarang melayang di sekitar 0,9900, sementara USD/JPY diperdagangkan beberapa pip di bawah 143,07, posisi terakhir yang terlihat pada tahun 1998.
Jatuhnya Euro tak lepas dari konflik dengan Rusia, dimana Moskow memutuskan memotong semua penyediaan gasnya ke Benua Biru. Ini sebagai balasan dari keputusan negara-negara Barat yang membatasi harga jual minyak Rusia.
Sementara pasangan GBP/USD juga berada di bawah tekanan, tetapi berakhir dengan sedikit berubah di sekitar 1,1510. Perdana Menteri Inggris Liz Truss telah mengumumkan dana talangan energi untuk mengatasi krisis yang mempengaruhi seluruh Eropa. Truss mengusulkan untuk membekukan sekitar £130 miliar tagihan energi rumah tangga sambil mempertimbangkan £40 miliar lagi untuk usaha kecil.
Aussie adalah mata uang terkait komoditas terlemah, dimana pasangan AUD/USD turun ke 0,6730 setelah RBA mengisyaratkan akan memperlambat laju kenaikan. Negara ini akan merilis data Produk Domestik Bruto Q2 pada Rabu pagi.
Sementara USD/CAD melayang di sekitar 1,3150, dibantu oleh melemahnya harga minyak mentah. WTI saat ini diperdagangkan pada $86,80 per barel.
Pada perdagangan emas, harga turun di sekitar $1.700 per troy ounce.
Data ekonomi AS secara tak terduga mengalahkan ekspektasi karena IMP Jasa AS naik ke 56,9 pada Agustus, juga mengalahkan ekspektasi pasar. Imbal hasil obligasi pemerintah melonjak, dengan catatan Treasury 10-tahun saat ini menghasilkan 3,34%.
Akibatnya, Wall Street makin terombang-ambing antara keuntungan dan kerugian sepanjang sesi tetapi menyerah menjelang penutupan. Indeks utama ditutup di zona merah, meskipun bursa saham Eropa mampu membukukan kenaikan moderat.