Pertumbuhan ekonomi AS banyak dipengaruhi oleh pola konsumerisma warganya.

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Pertumbuhan ekonomi AS bak laju sebuah kendaraan, berjuang melawan arus perlambatan ekonomi global. Terkadang mereka tertahan dan harus memperlambat laju kendaraan, namun kemudian bisa segera tancap gas dan berjalan diatas kecepatan rata-rata kendaraan lainnya.

Dalam kwartal pertama tahun ini, perekonomian AS boleh dikatakan telah menurunkan gigi persneling. Tingkat pertumbuhan melambat disekitar 2% dari kecepatan sebelumnya sebesar 2,9%, 3,2% dan 3,1% di tiga kwartal sebelumnya.

Pelambatan ini memang diharapkan sehingga tidak terlalu mengejutkan. Hal ini terjadi berulang kali selama satu setengah dekade terakhir. Pertumbuhan ekonomi mulai lambat diawal tahun dan kemudian berakselerasi selama sisa tahun berjalan.

Bagi AS ini menjadi semacam tradisi pertumbuhan ekonominya. Bahkan sejak 2013, pertumbuhan pada kwartal pertama setiap tahunyya adalah sebesar 1% saja. Bandingkan dengan sisa kwartal selanjutnya yang rata-rata sebesar 2% hingga akhir tahun.

Diatas semua itu, rakyat Amerika telah menghabiskan segudang uang mereka di akhir tahun 2017 dalam apa yang dikenal sebagai musim belanja liburan. Tercatat angka penjualan di musim ini menjadi yang  terbaik sejak 2010.

Tingkat belanja konsumen melompat 4% pada kuartal keempat 2017, menandai sebuah kemajuan terbesar dalam tiga tahun. Kenaikan 4 kali lipat ke belakang dalam belanja konsumen cukup tidak biasa. Terakhir kali terjadi pada tahun 2003.

Pada tahap awal 2018, orang Amerika akan memangkas pengeluaran mereka untuk membangun kembali rekening tabungan bank setelah tingkat tabungan jatuh ke level terendah 12 tahun. Akibatnya, tingkat belanja konsumen di kuartal pertama turun 1%.

Tentu saja hal ini bisa menjadi masalah besar jika dibiarkan. Pasalnya 70% pendapatan domestik bruto AS bersumber dari pola konsumerisme rakyatnya. Ketika konsumerisme ini pergi, perekonomian AS juga akan merana.

Disisi lain, turunnya pertumbuhan ekonomi AS di kwartal pertama juga disebabkan oleh defisit perdagangan AS yang meningkat. Meskipun tingkat pengeluaran untuk pembangunan rumah baru mengalami penurunan sedikit. Laporan neraca perdagangan dikwartal pertama yang akan dikeluarkan pada Jumat pagi nanti, akan menjadi indikasi awal bagaimana kebijakan ekonomi AS selanjutnya akan dilakukan.

Petunjuk pertama datang pada pekan lalu. Sebuah indikasi muncul dari angka penjualan ritel dibulan Maret yang menunjukkan adanya penurunan tiga kali secara beruntun. Laporan pengeluaran konsumen dan sentimen konsumen minggu ini, sejauh ini diperkirakan akan menunjukkan bahwa orang Amerika Serikat masih tetap optimis tentang ekonomi mereka.

Rasa kepercayaan diri warga AS bersumber pada tingkat pengangguran yang berada di titik terendah dalam 17 tahun terakhir ini. Pembukaan lapangan kerja mendekati posisi tertinggi sepanjang masa. Ibaratnya pekerjaan sangat mudah ditemukan di AS saat ini. Disisi lain, pemotongan pajak terbaru dan pengembalian pajak federal menempatkan lebih banyak uang di kantong-kantong rakyatnya.

Bahkan kenaikan suku bunga baru-baru ini, yang telah menimbulkan volatilitas pasar saham, dan kekhawatiran baru tentang perang dagang, dianggap tidak cukup untuk menjaga ekonomi AS tetap beroperasi pada kecepatan yang lebih rendah. Para ekonom memprediksi PDB akan pulih kembali dengan kenaikan 3,2% di musim semi.

Pendek kata, melemahnya perekonomian AS di kwartal pertama dianggap sebagai hal yang lazim dan tidak perlu gusar. Keyakinan tinggi bahwa perekonomian AS akan berakselerasi pada kwartal selanjutnya hingga akhir tahun, tetap terjaga. (Lukman Hqeem)