ESANDAR, Jakarta – Pertumbuhan ekonomi dijalur yang cepat Jerman pada kuartal kedua. Meski demikian, ketegangan dalam Perang Dagang global dan krisis mata uang Lira Turki akan mengaburkan prospek bisnis.
Produk domestik bruto tumbuh sebesar 0,5% pada tingkat triwulanan atau 1,8% dalam hal tahunan, demikian papar Kantor Statistik Federal Jerman mengatakan Selasa (14/08). Laporan ini juga menaikkan estimasi pertumbuhan kuartal pertama menjadi 1,5% tahunan dari pertumbuhan 1,2% yang dilaporkan pada bulan Mei lalu.
Sebagai akibatnya, pertumbuhan ekonomi Jerman melampaui zona euro dalam tiga bulan hingga Juni, yang hanya sebesar 1,4% secara tahunan, meskipun masih tertinggal dari pertumbuhan AS sebesar 4.1%.
Menurut Badan Statistik, sentiment positif datang dari permintaan domestik, karena belanja rumah tangga Jerman dan pemerintah meningkat dari kuartal pertama. Konsumsi swasta diperkirakan akan tetap solid dalam beberapa bulan mendatang, didukung oleh pasar tenaga kerja yang melambung dan meningkatnya upah tetapi dibatasi oleh meningkatnya inflasi, yang sebagian mengikis efek positif dari kenaikan gaji.
Investasi di pabrik dan mesin juga meningkat, meskipun hanya sedikit, badan statistik mengatakan, sementara ekspor bersih bertindak sebagai hambatan pada pertumbuhan kuartal kedua.
Tetapi ketegangan perdagangan yang dipicu oleh AS – terutama memburuknya hubungan antara AS dan Cina, telah mulai melemahkan sentimen bisnis dan keinginan perusahaan untuk proyek-proyek yang lebih besar.
Pertumbuhan ekonomi AS dianggap lebih cepa unggul karena salah satunya oleh keberhasilan program pemangkasan pajak yang dilakukan Pemerintahan Trump. Hal sebaliknya tidak dilakukan di zona Euro sehingga menimbulkan kekhawatiran tersendiri.
Memang perekonomian Jerman telah kehilangan momentum sejak akhir 2017, dan sinyal data ekonomi baru-baru ini yang tidak akan mempercepat lebih lanjut dalam waktu dekat. Pesanan manufaktur Jerman, sebagai indikator produksi di masa depan mengalami penurunan 4,0% pada bulan Juni dibandingkan dengan Mei yang dipimpin oleh penurunan permintaan sebesar 5,9% dari luar zona euro.
Sebelumnya, kelompok industri VDMA memperingatkan pada hari Senin kemarin bahwa perusahaan merasa terjepit dari terjadinya krisis mata uang Lira di Turki, yang turun lebih dari 70% dibandingkan dengan euro sepanjang 2018. Ekspor mesin Jerman ke Turki turun 4,7% pada Januari hingga Mei dibandingkan dengan periode yang sama di 2017, menurut VDMA, yang mengharapkan tren negatif tetap berlanjut.
Meskipun Turki tidak berada di antara mitra dagang terbesar Jerman, krisis keuangan di sana sepenuhnya bisa merugikan kepercayaan bisnis dan pinjaman bank di zona euro tersebut. (Lukman Hqeem)