Awas terlena oleh kenaikan bursa saham.

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Investor merasa nyaman dengan kondisi pasar saham saat ini meskipun sebenarnya itu mungkin beresiko pula. Wall Street diketahui menghadapi sejumlah masalah yang menghadang, dan berpotensi sangat mengganggu, tetapi sejauh berusaha mengabaikan semua itu.

Hampir setiap hari, ada berita utama tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi baik di AS maupun di luar negeri, resiko perang dagang, gangguan dalam perdagangan yang sebelumnya telah mengangkat pasar selama bertahun-tahun, berkurangnya akomodasi bank sentral dan meningkatnya suku bunga, di antara faktor-faktor lain.

Bisa dikatakan bahwa para investor tampaknya tidak peduli dengan masalah ini. Indek S&P 500 pecah dari koreksi jangka panjang dan saat ini diperdagangkan hanya sekitar 1% di bawah level rekor tertingginya, sedangkan Nasdaq juga terpaut tipis dari level tertinggi sepanjang waktu. Indek Dow Jones tetap dalam koreksi, yang berarti itu belum meningkat 10% dari posisi terendah awal tahun ini, yang itu sendiri mewakili penurunan 10% dari puncak.

Kurangnya perhatian dalam perubahan lingkungan yang menuntut lebih banyak skeptisisme telah membuat beberapa analis khawatir bahwa pasar menunjukkan tanda-tanda kepuasan berlebih, yang dapat membuatnya rentan jika ancaman-ancaman ini berubah menjadi risiko yang nyata.

Investor tampak telah cukup puas, cenderung mengekstrapolasi tren saat ini daripada mendiskon apa yang tampak sebagai prospek pergeseran signifikan. Tentu saja ini memprihatinkan, mengingat kepuasan ini dibangun di atas pemotongan pajak dan laba emiten yang diinduksi oleh pembelian dalam pendapatan per saham dan menempatkan investor pada risiko jika ekonomi melambat. Terlebih bila situasi perdagangan memburuk, disaat Fed terus mengetatkan dan adanya pemborosan fiskal yang terus berlanjut.

Setidaknya ada empat faktor yang bisa membawa pasar ekuitas dalam pergulatan dalam beberapa minggu mendatang.

Yang pertama adalah melambatanya pertumbuhan ekonomi AS.Seperti yang terlihat, sejumlah indikator menunjukkan adanya kemunduran di sejumlah titik. Dalam dua minggu terakhir, terlihat adanya penurunan yang signifikan baik di indeks pembelian manajer ISM manufaktur dan non manufaktur, gaji Juli, belanja konstruksi, pembangunan perumahan, penjualan mobil dan kepercayaan konsumen. Belum lagi harga minyak mentah yang telah turun.  Memang lonjakan persediaan minyak menjadi indikator awal datangnya perlambatan pertumbuhan global, namun ketakutan pertumbuhan ini tidak terlihat dalam kinerja pasar saham.

Faktor kedua adalah ketidakpastian yang terus berlanjut seputar kebijakan perdagangan. Sebagaimana diketahui bahwa pemerintahan Trump telah mengenakan tarif atas miliaran dolar barang, dan itu juga mengumumkan atau mengancam lebih banyak. Banyak dari tindakan kebijakan ini telah dipenuhi dengan langkah-langkah balas dendam oleh negara-negara besar seperti Cina dan Uni Eropa.

Masalah perdagangan sangat terkait dengan potensi pertumbuhan ekonomi. Pekan lalu, UBS menghitung bahwa jika masalah perdagangan meningkat, pertumbuhan ekonomi AS akan 1% lebih rendah daripada jika tidak, sedangkan pertumbuhan global akan turun 42 basis poin  atau 0,42 %. Dalam kemungkinan yang lebih parah dari perang perdagangan, setidaknya 245 basis poin diperkirakan akan dipangkas dari pertumbuhan AS, sementara pertumbuhan global diperkirakan akan menjadi 108 basis poin lebih rendah.

Pihak Goldman Sachs memperkirakan bahwa jika ketegangan perang dagang terus meningkat, Indek S&P 500 bisa mengakhiri tahun ini dengan turun 16% dari penutupan minggu lalu (10/08), sebaliknya, resolusi ketegangan bisa memicu kenaikan indek sebesar 11%.

Dua faktor terakhir terakhir, yang bisa mengubah arah kebijakan The Federal Reserve , yaitu rencana kenaikan suku bunga dan kemerosotan fiskal yang signifikan, dalam hal ini adalah defisit anggaran yang meningkat dan jumlah utang AS, pun lonjakan penerbitan surat utang pemerintah. Implikasinya adalah munculnya resesi yang tidak diharapkan dalam periode satu hingga dua tahun kedepan.

Pendapat yang serupa juga dilontarkan oleh Morgan Stanley Wealth Management akan kepuasan investor. Kepuasan yang berlimpah akan pertumbuhan ekonomi, volatilitas, inflasi dan perdagangan. Membawa masalah inflasi dimana pasar kurang menghargai adanya titik risiko yang potensial.(Lukman Hqeem)