ESANDAR, Jakarta – Laporan Energy Information Administration (EIA) menunjukkan persediaan minyak mentah AS selama sepekan hingga 5 Januari mengalami penurunan. Hal ini memberikan dorongan kenaikan harga minyak mentah dunia. Harga minyak WTI ditutup naik $0,48 atau 0,76% di level $63,44 per barel. Sedangkan Brent ditutup naik $0,26 atau 0,38% di harga $69,08 per barel.
Pada perdagangan kemarin, harga minyak dunia bergerak seragam dimana harga minyak WTI dan harga minyak Brent berjalan serasi untuk melanjutkan penguatannya. EIA melaporkan persediaan minyak mentah menurun 4,9 juta barel. Selain itu EIA juga menyatakan bahwa produksi minyak AS di pekan sebelumnya mengalami penurunan 290 ribu bph menjadi total produksi 9,49 juta bph. Ditengah cuaca dingin yang ekstrim di belahan bumi utara, kondisi ini menyulut kenaikan harga jual.
Sebelumnya, EIA dalam laporan bulanannya telah menaikkan perkiraan harga minyak WTI untuk tahun ini menjadi $55,33 per barel dan minyak Brent menjadi $59,74. EIA juga menyatakan bahwa produksi minyak AS di kuartal ini akan naik menjadi $10,04 juta bph, hampir menyamai rekor produksi minyak serpih sepanjang sejarah AS yang pernah tercipta di November 1970.
Hanya Rusia dan Arab Saudi yang mempunyai kapasitas produksi di atas 10 juta bph yaitu Rusia sebesar 11 juta bph dan Arab Saudi sebesar 10,7 juta bph. EIA juga merevisi perkiraan pertumbuhan produksi minyak AS untuk tahun ini dari 780 ribu bph menjadi 970 ribu bph. EIA juga memperkirakan bahwa tahun depan produksi minyak AS bisa mendekati angka 11 juta bph dimana rata-rata produksi minyak AS bisa tumbuh 580 ribu bph menjadi 10,85 juta bph.
EIA juga melaporkan bahwa produksi minyak OPEC rata-rata turun 200 ribu bph menjadi 32,5 juta bph di tahun lalu. Tahun depan diperkirakan akan naik lagi 200 ribu bph sebagai akibat naiknya produksi minyak Libya.
Pekan ini, OPEC juga dilaporkan bahwa tingkat kepatuhan pembatasan pasokan minyak 1,8 juta bph naik dari 125% di November menjadi 128% di Desember lalu. Namun produksi minyak OPEC mengalami kenaikan sebesar 50 ribu bph sehingga total menjadi 32,40 juta bph, sedikit di bawah target komitmen 32,50 juta bph.
Penguatan harga minyak karena investor gusar melihat kondisi politik Iran yang kurang kondusif sejak akhir tahun lalu sehingga dikhawatirkan tuntutan pendemo tersebut bisa mengganggu layanan terhadap produksi dan ekspor minyak Iran.
Selain itu juga didukung oleh penundaan pengiriman minyak AS oleh tanker-tanker yang akan berlayar ke seluruh dunia, karena kondisi cuaca yang buruk sedang terjadi di sebagian besar kawasan AS sedang dilanda musim dingin yang ekstrem. Tentunya kondisi ini dapat menganggu pasokan minyak dunia. (Lukman Hqeem)