ESANDAR – Dolar AS mencapai level tertinggi dalam lima bulan terhadap Euro pada perdagangan di hari Selasa (16/04/2024) setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bank sentral AS mungkin perlu mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama karena inflasi tetap stabil. Greenback juga mencapai level tertinggi terhadap yen Jepang sejak tahun 1990, dan para pedagang waspada terhadap kemungkinan intervensi oleh otoritas Jepang.
Penguatan Greenback didukung oleh data pertumbuhan yang lebih kuat dari perkiraan, termasuk data penjualan ritel untuk bulan Maret yang dirilis pada hari Senin. Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dipandang memperkecil kemungkinan Federal Reserve untuk mulai menurunkan suku bunganya dalam beberapa bulan mendatang. Melihat kondisi ekonomi AS yang berkembang dan solid saat ini, akan sulit menemukan bukti perlambatan dapat terjadi di kwartal empat.
Powell pada hari Selasa mengatakan “kurangnya kemajuan lebih lanjut” tahun ini dalam menuju target inflasi 2%. “Data baru-baru ini jelas tidak memberi kita kepercayaan diri yang lebih besar dan malah menunjukkan bahwa kemungkinan akan memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan untuk mencapai kepercayaan tersebut,” kata Powell di Washington. Ini mungkin merupakan penampilan publik terakhirnya sebelum pertemuan FOMC pada tanggal 30 April – 1 Mei.
Para pedagang memundurkan ekspektasi mengenai kapan bank sentral AS kemungkinan akan mulai menurunkan suku bunganya setelah tekanan harga konsumen untuk bulan Maret pada hari Rabu berada di atas ekspektasi para ekonom. Mereka meyakini bahwa The Fed akan melakukan pemangkasan kurang dari dua kali pemotongan sebesar 25 basis poin tahun ini, setelah sebelumnya memperkirakan tiga kali pemotongan. Pemangkasan pertama diperkirakan akan dilakukan pada bulan September, setelah sebelumnya diperkirakan akan dilakukan pada bulan Juni.
Meningkatnya ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran juga menambah dorongan safe-haven terhadap mata uang AS. Banyak masalah di luar pasar uang yang sekarang pada akhir pekan ini terjadi eskalasi yang besar. Hal ini menjadikan dolar sebagai tempat berlindung yang aman, berbeda dari mata uang lainnya.
Kabinet perang Israel dijadwalkan bertemu untuk ketiga kalinya dalam tiga hari pada hari Selasa untuk memutuskan tanggapan terhadap serangan langsung Iran yang pertama kali, di tengah tekanan internasional untuk menghindari eskalasi konflik di Timur Tengah. Namun pertemuan itu ditunda hingga Rabu, kata sumber pemerintah Israel. Sumber itu tidak menjelaskan lebih lanjut.
Indek dolar AS (DXY) terakhir naik 0,04% di 106,24, setelah sebelumnya mencapai 106,51, tertinggi sejak 1 November. Mata uang euro dalam perdagangan EUR/USD naik 0,08% menjadi $1,0631 setelah turun ke level $1,06013 setelah komentar Powell, yang merupakan yang terlemah sejak 2 November. Dolar Australia dalam perdagangan AUD/USD turun ke level $0,63895, terlemah sejak 14 November.
Dolar AS juga menguat 0,23% menjadi 154,62 yen Jepang dalam perdagangan USD/JPY dan sebelumnya mencapai level tertinggi dalam 34 tahun di 154,79. Pasar fokus pada apakah otoritas moneter Jepang akan mengambil tindakan untuk menopang mata uangnya ketika mata uang tersebut memburuk dengan cepat. Para pejabat telah meningkatkan peringatan tentang kemungkinan intervensi, meskipun para analis juga mencatat bahwa akan sulit dan mahal untuk melawan tren bullish dolar yang kuat.
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan pada hari Selasa bahwa ia mengamati dengan cermat pergerakan mata uang dan akan mengambil “respon menyeluruh sesuai kebutuhan.” Intervensi saat ini hanya bisa berhasil untuk memperlambat atau mengatur laju depresiasi, namun tidak bisa mengubah tren. Hal ini sebenarnya sangat memakan biaya.
Tantangan besar bagi sejumlah mata uang Asia adalah selama imbal hasil obligasi AS terus naik lebih tinggi, tidak akan mendapatkan banyak kesuksesan karena masih berjuang melawan selisih imbal hasil yang lebih luas. Dolar AS sempat mengalami penurunan tajam terhadap mata uang Jepang pada hari Selasa, turun dari sekitar 154,76 menjadi 153,90 dalam beberapa menit, yang menimbulkan beberapa kegelisahan seputar intervensi.
Para pejabat Jepang kemungkinan besar tidak berada di balik tindakan tersebut, menambahkan bahwa insiden tersebut mencerminkan kegelisahan pasar terhadap tindakan mereka. Hal ini kemungkinan mencerminkan pasar menjadi lebih sensitif terhadap penurunan tiba-tiba USD/JPY, karena pasangan ini telah mendekati level 155. Langkah itu sendiri dapat memperlambat laju kenaikan USD/JPY, karena pasar menjadi lebih sadar dan sensitif terhadap potensi intervensi valuta asing.