ESANDAR, Jakarta – Harga minyak merosot pada perdagangan hari Senin (13/08) karena meningkatnya ketegangan perang dagang. Hal ini memperlemah prospek pertumbuhan permintaan bahan bakar terutama di Asia. Disisi lain, sanksi AS terhadap Iran menunjuk ke arah pasokan yang lebih ketat, meskipun suplai minyak mentah masih berlimpah saat ini.
Minyak Brent, yang menjadi patokan harga secara global, berada di $ 72,63 per barel, turun 18 sen, atau 0,25 persen dari penutupan terakhir mereka. Sedangkan minyak AS West Texas Intermediate (WTI) berada di $ 67,63 per barel, tidak berubah dari level penutupan terakhirnya.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi global terlihat dan bisa menyeret permintaan bahan bakar yang lebih rendah, terutama di pasar negara berkembang besar seperti Asia. Hal ini membebani pasar minyak lebih lanjut. Beberapa analis menganggap bahwa kebijakan proteksionis AS dalam perdagangan, menimbulkan konflik baru antara AS dengan sejumlah mitra dagangnya. Cina salah satunya, dianggap cukup krusial mengingat daya konsumsi minyak negeri tirai bambu tersebut. Penurunan permintaan minyak oleh Cina akan berimbas pada harga minyak global.
Harapan kenaikan harga minyak tercipta manakala suplai minyak mentah tidak mengalami kelebihan pasokan. Oleh sebab itu, ada upaya untuk membatasi produksi oleh negara-negara OPEC guna mengatur harga tidak jatuh lebih dalam. Sayangnya, terjadi kenaikan produksi minyak oleh Amerika Serikat, khususnya minyak Shale. Akibatnya stok minyak masih berlimpah. Amerika Serikat kemudian menerapkan sanksi baru terhadap Iran, melarang produksi minyak mereka dipasarkan keluar. Iran adalah produsen terbesar ketiga di antara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Sanksi ini diharapkan mengurangi kelebihan pasokan minyak global.
Kelompok kartel minyak, OPEC pada Senin (13/8) memperkirakan permintaan minyak mentahnya yang lebih rendah tahun depan sebagaimana saingan OPEC memompa lebih banyak. Juga eksportir minyak terbesar Arab Saudi, yang ingin menghindari kembalinya kelebihan pasokan, telah memangkas produksi. Dalam laporan bulanan, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan dunia akan membutuhkan minyak mentah hingga 32,05 juta barel per hari (bpd) dari 15 anggota OPEC pada 2019, turun 130.000 bpd dari perkiraan bulan lalu.
OPEC mengatakan produksi minyaknya pada Juli naik menjadi 32,32 juta barel per hari, di atas perkiraan permintaan, meski ada pemangkasan yang mengejutkan dalam produksi oleh Arab Saudi hanya beberapa minggu setelah OPEC dan sekutu-sekutunya sepakat untuk meningkatkan pasokan. Ditahun depan, diperkirakan permintaan masih lemah. Menurut OPEC karena para produsen minyak diluar OPEC justru memompa lebih banyak. (Lukman Hqeem)