Krisis Turki mengempur bursa saham

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa saham Amerika Serikat tergelincir pada perdagangan awal minggu ini oleh sentimen memburuknya Krisis Turki. Ketegangan antara AS dan Turki meningkat pekan setelah Donald Trump menggandakan tarif impor logam Turki. Indek Dow Jones terkoreksi 122 poin atau turun 0.48% ke 25211.

Kantor Anggaran Kongres menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi AS untuk tahun ini dan memperingatkan meningkatnya ketidakpastian dari rencana pemerintahan Donald Trump untuk menaikan tarif impor. Dalam pandangannya, perekonomian AS diproyeksikan tumbuh 3.1 % tahun ini. Perkiraan ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang dibuat pada bulan April, yaitu 3.3 %. Tahun 2019 diperkirakan justru makin turun menjadi 2.4 %, tidak berubah dari proyeksi April, karena perlambatan pertumbuhan dalam investasi bisnis dan pembelian pemerintah.

Sementara dalam prospek ekonomi jangka panjangnya, CBO mengatakan bahwa defisit anggaran AS akan meningkat setidaknya $ 1 triliun pada tahun 2020 dari $ 804 miliar tahun fiskal ini dan $ 981 miliar pada tahun berikutnya. Laporan tersebut menilai defisit akan semakin dalam, terkait rencana pemotongan pajak pemerintah oleh pemerintahan Trump dan peningkatan belanja sekitar $ 300 miliar. Pelebaran defisit lebih dari 20 % menjadi $ 684 miliar dalam 10 bulan pertama tahun fiskal, karena pendapatan dari penerimaan perusahaan menurun.

Pada perdagangan di bursa saham Asia, rata-rata berakhir turun. Dimana pasar terdampak krisis Turki yang menbawa kejatuhan mata uang Lira. Indeks Hang Seng turun 1,5 % dan tercatat sebagai penurunan terbesar selama lebih dari seminggu. Indeks Shanghai turun 0,3 % setelah merugi sepanjang hari, karena pemerintah Cina meminta bank komersil untuk meningkatkan pinjaman guna membantu pertumbuhan ekonomi.

Begitu juga dengan Indek Nikkei di bursa Tokyo Jepang, harus berakhir negatif. Pasar sejak awal terdampak kejatuhan pasar saham Eropa pada akhir minggu lalu. Indeks Nikkei juga terdampak oleh penguatan yen terhadap dolar. Aksi jual yang dilakukan spekulan ikut membebani kenaikan indek Nikkei. Meski demikian, aksi beli kembali bisa muncul dari pembelian yang didukung oleh langkah investor dalam mengantisipasi pembelian dana exchange-traded (ETF) oleh BOJ.

Sementara itu, Indeks saham Korea Selatan ikut jatuh dengan hasil perdagangan bursa regional tersebut. KOSPI juga menyikapi rencana pertemuan para pemimpin tingkat tinggi ketiga antar-Korea, yang akan berlangsung bulan depan di ibukota Korea Utara, Pyongyang. Harapan akan keberhasilan pertemuan ini bisa mendorong meningkatkan permintaan baja dan konstruksi ke Korea Utara. Alhasil saham terkait ikut terdorong naik. Saham Moonbae Steel melonjak 15 % dan berakhir naik 4,9 %. Indek Kospi berakhir minus 1,28% dengan ditutup turun 3.75 poin ke 290.30. (Lukman Hqeem)