Bursa saham

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Wall Street dibuka melemah pada perdagangan Selasa (02/10. Namun Indek Dow Jones akhirnya berhasil naik, sementara yang lain berakhir diarea merah. Awalnya, investor berharap kesepakatan USMCA akan member stimulus positif bagi pergerakan pasar. Sayangnya, perang dagang AS – China justru masih menghangat dengan sejumlah komentar baru.


Indek Dow Jones menembus rekor tertinggi baru menyusul optimisme para pelaku pasar mengenai situasi perdagangan global. Indeks beranggotakan 30 saham itu ditutup melompat 0,46% atau 122,73 poin ke 26.773,94 untuk kali pertama sejak 21 September lalu. Penguatan ini didorong oleh kenaikan saham Intel lebih dari 3,5% dan Boeing yang menyentuh harga tertinggi sepanjang sejarah. Namun, indeks S&P 500 ditutup turun tipis 0,04% ke 2.923,43 dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,47% menjadi 7.999,55.


Investor kini menantikan perkembangan perseteruan dagang antara AS dan China yang masih juga belum menunjukkan kemajuan berarti. Selain itu, kecemasan terkait kondisi politik dan ekonomi Italia membatasi gerak penguatan Wall Street.


Ada dua peristiwa yang dinanti pelaku pasar hari ini. Pada pukul 21:00 WIB, anggota FOMC Randal Quarles dijadwalkan berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi, pemangkasan regulasi, dan undang-undang perlindungan konsumen di hadapan Senate Banking Committee. Sementara Pada pukul 23:45 WIB, Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell akan berbicara mengenai prospek sektor tenaga kerja dan inflasi di National Association for Business Economics Annual Meeting.


Investor akan mencermati kedua acara tersebut guna mencari petunjuk mengenai arah kebijakan suku bunga acuan the Federal Reserve. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 1 Oktober 2018, kemungkinan bahwa the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini naik menjadi 80,1%, dari posisi per 28 September 2018 yang sebesar 74,4%.


Bursa-bursa utama Eropa mengakhiri perdagangan di zona negatif di tengah-tengah ketidakpastian yang menyelimuti Italia. Selain itu, kecemasan terkait perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China masih membayangi investor setelah Negeri Paman Sam berhasil meraih kesepakatan dagang dengan Kanada.


Indeks FTSE 100 di London melemah 0,28% menjadi 7.474,55, indeks DAX Frankfurt turun 0,42% ke 12.287,58, dan indeks CAC 40 anjlok 0,71% ke posisi 5.467,89. Indeks Eropa Stoxx 600 ditutup terkoreksi 0,52% dengan mayoritas sektor berada di zona merah, CNBC International melaporkan.


Claudio Borghi, seorang politisi Partai Liga yang skeptis terhadap euro, pada hari Selasa mengatakan ia cukup yakin sebagian besar masalah negara itu akan terselesaikan bila memiliki mata uang sendiri. Namun, komentar itu segera disanggah Wakil Perdana Menteri Italia Luigi Di Maio yang mengatakan pemerintah koalisi tidak ingin meninggalkan Uni Eropa maupun mata uang euro.


Selain itu, investor juga memperhatikan perkembangan hubungan dagang AS dengan China. AS telah berhasil merampungkan kesepakatan dagang trilateral dengan Kanada dan Meksiko untuk menggantikan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).


Namun, perang dagang AS-China masih berlanjut. Lembaga pemeringkat internasional Fitch mengatakan perseteruan ini akan menjadi risiko pertumbuhan tahun 2019 sementara Moody’s mengatakan perang dagang AS-China akan memburuk.
Sementara pada perdagangan di bursa saham wilayah Asia, mayoritas bursa ditutup di zona merah. indeks Hang Seng anjlok 2,38%, dan indeks Kospi melemah 1,25%. Sementara itu, bursa saham China masih diliburkan seiring dengan perayaan National Day Golden Week.


Tercapainya kesepakatan antara AS dengan Kanada terkait kerangka baru dari North American Free Trade Agreement (NAFTA) membuat pelaku pasar optimis bahwa hal serupa juga dapat terjadi dengan China. Namun, kini harapan itu seolah sirna. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa diskusi dengan China di bidang perdagangan tidak berkembang. Kudlow bahkan berani menyebut bahwa kesepakatan dengan China tidak akan tercapai dalam waktu dekat.


“Tidak ada yang dekat (kesepakatan dagang) dengan China,” papar Kudlow seperti dikutip dari CNBC International. “Saya rasa ada diskusi yang sedang berlangsung. Tidak, saya tak ingin mengatakan bahwa itu (kesepakatan dagang) sudah dekat.” Lebih lanjut, ia menyebut bahwa Presiden AS Donald Trump tidak puas dengan perkembangan dari dialog dagang dengan China.


Saat ini, terlihat bahwa perekonomian AS dan China sama-sama sudah terdampak oleh perang dagang yang tengah terjadi. Pada hari minggu (30/9/2018), data Caixin Manufacturing PMI di China periode September diumumkan di level 50, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 50,5. Kemudian kemarin (1/10/2018), data ISM Manufacturing PMI di AS periode September diumumkan di level 59,8, lebih rendah dari ekspetasi yang sebesar 60,1.


Positifnya data ekonomi terbukti tak mampu menolong bursa saham Asia. Di Jepang, indeks keyakinan konsumen periode September diumumkan di level 43,4, lebih tinggi dari konsensus yang sebesar 43. Kemudian di Hong Kong, penjualan barang-barang ritel periode Agustus diumumkan tumbuh sebesar 8,1% YoY, mengalahkan capaian periode sebelumnya yang sebesar 5,9% YoY. (Lukman Hqeem)