ESANDAR, Jakarta – Ditengah suasana liburan menjelang akhir tahun, pemerintah Jepang merilis data pasar tenaga kerjanya. Pada hari Selasa (26/12) Departemen Tenaga Kerja Jepang melaporkan bahwa tingkat pengangguran turun ke titik terendah dalam 24 tahun. Sebesar 2,7 persen pada bulan November dan ketersediaan lapangan pekerjaan naik ke level tertinggi dalam hampir 44 tahun. Ini menunjukkan prospek pemulihan ekonomi Jepang terus berkelanjutan.
Secara terpisah dikabarkan pula belanja rumah tangga Jepang naik 1,7 persen pada November dari tahun sebelumnya, jauh melebihi perkiraan untuk kenaikan 0,5 persen.
Data-data yang optimis tersebut mungkin memberikan kelegaan kepada para pembuat kebijakan di Bank of Japan (BoJ) yang tampak semakin khawatir dengan kebijakan moneter yang ultra kendor, namun khawatir akan tersendatnya pemulihan ekonomi baru dengan cara membalikkan stimulus terlalu cepat.
Pada tinjauan tingkat suku bunga di bulan Oktober, beberapa pembuat kebijakan bank sental Jepang menyuarakan keprihatinan mereka terkait wacana pengambilan langkah ekstrem hanya untuk mencapai sasaran harga atau inflasi mereka, melawan seruan dari seorang pendatang baru di Dewan Kebijakan BoJ yaitu Goushi Kataoka bahwa tindakan pelonggaran tambahan tetap diperlukan.
Sebagian besar anggota dewan BoJ merasa bahwa mempertahankan kebijakan saat ini cukup memadai, walaupun mungkin akan memerlukan beberapa waktu sebelum perusahaan-perusahaan Jepang lebih aktif menaikkan harga dan upah, demikian menurut salah satu bagian pada risalah BoJ tersebut.
Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengatakan pada hari Selasa, bahwa tampaknya sangat sulit bagi banyak perusahaan untuk mengambil langkah pertama untuk menaikkan harga mereka, sehingga mereka menunggu dan melihat apa yang dilakukan perusahaan lain.
Perekonomian Jepang tumbuh 2,5 persen per bulan pada bulan Juli-September, menandai kuartal ketujuh pertumbuhan berkat ekspor dan belanja modal yang tetap kuat. Tingkat inflasi tetap jauh dari target 2% BoJ. Perusahaan-perusahaan Jepang tetap waspada terhadap para konsumen yang peka terhadap biaya hidup mereka jika terjadi kenaikan harga.
BoJ mempertahankan kebijakan moneter yang stabil pada bulan Oktober dan pada pertemuan berikutnya di bulan Desember bank tersebut meyakinkan pasar bahwa pihaknya akan tertinggal jauh di belakang bank sentral utama lainnya dalam mengakhiri pengaturan moneternya yang sangat longgar.