Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Aksi jual yang terjadi di bursa Cina menyeret sejumlah bursa regional lainnya. Indek bursa saham Hong Kong – Hangseng harus turun hingga 10% dalam dua pekan terakhir, menyusul penyebaran virus Corona yang semakin banyak memakan koraban jiwa sehingga meningkatkan kekhawatiran para investor. Dalam perdagangan Senin (03/02/2020) indek Hangseng ditutup 0.13% lebih rendah.

Sementara itu, People’s Bank of China telah menyuntikkan 1.2 triliun Yuan atau sekitar $173.81 milliar ke dalam pasar keuangan melalui perjanjian pembelian kembali aset obligasi, yang mencatat langkah terbesar bank sentral Cina sejak 2004 silam. Regulator sekuritas China bergerak untuk membatasi short selling dan mendesak manajer reksadana untuk tidak menjual saham kecuali mereka menghadapi apa yang disebut “investor redemptions”. Bank sentral Cina menilai bahwa saham-saham yang mengalami kejatuhan memiliki eleman yang tidak rasional, bahkan terkesan terjadi kepanikan yang dipicu oleh penilaian beberapa investor.

Indeks Nikkei Jepang mencapai level terendahnya dalam tiga bulan di sesi perdagangan awal pekan ini, di tengah aksi jual global yang disababkan oleh kekhawatiran wabah virus Corona yang mengarah kepada perlambatan ekonomi global. Investor bergegas untuk melepaskan saham dan aset berisiko lainnya, bersiap untuk kemerosotan yang berkepanjangan dalam ekonomi Tiongkok dan dampak buruknya pada Jepang dan ekonomi lainnya.

Indeks Nikkei juga tertekan oleh penguatan Yen terhadap Dollar sejak sesi pembukaan perdagangan Asia. Saat memasuki sesi perdagangan AS, Nikkei berupaya menguat kembali seiring data ISM Manufacturing AS yang mampu mengangkat Wall Street.

Bursa saham Korea Selatan kehilangan keuntungan mereka dalam dua pekan terakhir setelah reli selama dua bulan terakhir. Banyaknya investor menarik diri pasca berjangkitnya virus Corona. Investor luar negeri melakukan aksi jual saham senilai 1.73 triliun Won di pasar Korea Selatan. Diperkirakan aksi jual ini akan berlanjut seiring kembali dibukanya pasar Cina setelah liburan Tahun baru Imlek diperpanjang.

Bursa saham Korea menanggung pukulan terbesar, dengan kerugian lebih dari dua kali lipat penurunan rata-rata indeks benchmark global. Namun demikian indeks saham Kospi mampu membalikkan keadaan dari kondisi gap down di pembukaan perdagangannya, dan mencatat kenaikan 0.11%. Akan tetapi nilai kapitalisasi pasar menyusut dari 1.515 triliun Won menjadi 1.427 triliun Won dalam dua pekan terakhir.