Harga Minyak naik seiring dengan melemahnya kembali Dolar AS

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Harga minyak turun lebih dari 4% pada perdagangan di hari Selasa (07/11/2023) ke level terendah sejak akhir Juli, karena data ekonomi Tiongkok yang beragam dan peningkatan ekspor OPEC meredakan kekhawatiran tentang pengetatan pasar dan penguatan dolar.

Harga minyak mentah Brent ditutup di bawah $84 per barel untuk pertama kalinya sejak serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel. Patokan harga minyak global tersebut berakhir pada $81,61 per barel, turun $3,57, atau 4,2%, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS menetap pada $77,37 per barel, turun $3,45, atau 4,3%.

Para pedagang akan tetap waspada terhadap tanda-tanda konflik yang lebih luas yang muncul di wilayah tersebut yang dapat mengganggu pasokan, namun tampaknya ketakutan tersebut mereda.

Sementara itu, terjadi pemulihan ekspor minyak dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sehingga menambah tekanan pada harga minyak. Diketahui bahwa ekspor minyak mentah OPEC naik sekitar 1 juta barel per hari (bph) sejak nilai terendahnya pada bulan Agustus, sebagai akibat dari penurunan permintaan domestik secara musiman di Timur Tengah. Tampaknya pasokan ini terlalu banyak untuk diserap oleh negara-negara konsumen minyak.

Premi kontrak pemuatan bulan depan Brent dibandingkan kontrak pemuatan dalam enam bulan berada pada titik terendah dalam 2,5 bulan, menunjukkan berkurangnya kekhawatiran terhadap defisit pasokan.

Dari sisi permintaan, impor minyak mentah Tiongkok pada bulan Oktober menunjukkan pertumbuhan yang kuat namun total ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi lebih cepat dari perkiraan. Data tersebut menandakan berlanjutnya penurunan prospek ekonomi Tiongkok yang didorong oleh memburuknya permintaan di negara tujuan ekspor terbesar negara itu: Barat.

Stok minyak mentah AS naik hampir 12 juta barel pada pekan lalu, kata sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute. Harga minyak sedikit memperpanjang penurunan dalam perdagangan pasca penutupan perdagangan, dimana minyak mentah Brent berjangka turun menjadi $81,51.

Badan Informasi Energi AS kini memperkirakan total konsumsi minyak bumi di negara tersebut akan turun sebesar 300.000 barel per hari pada tahun ini, membalikkan perkiraan sebelumnya yang memperkirakan kenaikan sebesar 100.000 barel per hari.

Memudarnya harapan investor terhadap puncak suku bunga global juga membantu mengangkat dolar AS dari posisi terendah baru-baru ini, sehingga membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Bank sentral AS mungkin harus berbuat lebih banyak untuk mengurangi inflasi ke target 2%, kata Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari. Investor sedang menunggu komentar dari Ketua Fed Jerome Powell, yang akan dirilis pada hari Rabu dan Kamis.

Ada kekhawatiran di pasar minyak mengenai peningkatan pasokan dan penurunan permintaan. Pasar saat ini tidak sedang ketat.