Dolar AS Babak Belur Bursa Saham AS Naik

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Meski tidak sampai harus kehilangan statusnya sebagai mata uang global, Dolar AS terus kehilangan pamornya sebagai cadangan devisa. Dikabarkan oleh IMF, Dana Moneter Internasional bahwa jumlah dolar AS didalam rekening bank-bank sentral di seluruh dunia mengalami penurunan, terendah dalam empat tahun ini, hingga kwartal terakhir 2017.

Data Dana Moneter Internasional mengenai komposisi mata uang cadangan devisa (COFER) menunjukkan bahwa pangsa cadangan dalam dolar turun 62,7% dari seluruh cadangan, menandai level terendahnya sejak kuartal terakhir 2013. Untuk referensi, uang itu berjumlah 65,3% dari cadangan pada akhir 2016. Namun, secara konsisten di atas 60%, dolar jelas tetap berada di urutan teratas dari semua permintaan mata uang bank sentral secara global.

Sejumlah faktor yang menyebkan penurunan devisa dolar tersebut. Menurut IMF bisa disebabkan oleh perubahan nilai tukar dan nilai sekuritas utang dalam denominasi dolar dan aset cadangan utama. Hal ini  dapat menjelaskan beberapa penurunan dalam pundi-pundi bank sentral, mengingat kinerja buruk dolar pada tahun 2017. Dolar AS merosot hampir 10% dari nilai terhadap rekan-rekannya pada tahun 2017, yang diukur dengan Indeks Dolar AS, menurut data FactSet.

Cadangan dalam mata uang dolar meningkat sebesar $ 156 miliar pada kuartal tersebut, dan tidak ada yang dapat dikaitkan dengan nilai tukar dolar. Tanpa berpura-pura, cukuplah dikatakan bahwa harga utang dolar AS turun pada Q417.

Data IMF juga menggarisbawahi kenaikan euro sebagai mata uang cadangan, setelah meningkat menjadi $ 2,018 triliun dalam tiga bulan terakhir tahun 2017, dibandingkan dengan $ 1,611 triliun setahun sebelumnya. Sementara dolar mengalami tahun yang buruk pada 2017. Euro makin bersinar.  Dengan naik 14,1% terhadap greenback berdampak pada saldo cadangan, yang  mungkin dicatat dalam dolar.

Nilai tukar berayun, sekitar $ 225 miliar terjadi peningkatan cadangan devisa dalam euro. Bias euro lebih lanjut mungkin berasal dari cadangan yang sebelumnya tidak diungkapkan, dan dengan demikian terdorong dalam kategori ‘tidak teralokasi’, karena tidak setiap negara menyatakan alokasi tepatnya.

Pelaku pasar mengharapkan komunitas devisa untuk menjadi pendukung penguatan Euro tahun ini, setelah rebound pada 2017. Namun demikian, bank sentral bergerak pada “kecepatan glasial” ketika datang ke perubahan pada alokasi mereka. Pendek kata, jangan buru-buru berpaling dari dolar.

Yuan Cina telah menjadi subyek sejumlah diskusi tentang kemungkinan unit moneter ini menjadi mata uang cadangan dunia berikutnya. Perkembangan ini menguat setelah sejumlah kontrak minyak didenominasi dengan Yuan. Kontrak-kontrak tersebut mulai diperdagangkan pekan lalu dan Perancis dan Jerman mengumumkan niat mereka untuk menambahkan yuan ke dalam campuran cadangan mereka.

Porsi yuan ini memang masih agak kecil. Meskipun cadangan yuan telah tumbuh menjadi $ 123 miliar dari $ 90,8 miliar pada kuartal terakhir 2016, “sekitar 20% dari kenaikan dapat dijelaskan oleh apresiasi 6,7% terhadap yuan terhadap dolar.

Dengan kata lain, perlu pendekatan konservatif terhadap cadangan mata uang, agar tidak banyak yang berubah dalam komposisi neraca bank sentral. (Lukman Hqeem)