ESANDAR, Jakarta – Dolar AS harus mengakhiri pergerakan naik beruntunnya selama dua minggu pada perdagangan Jumat (03/05). Indek Dolar AS turun 0,3% ke 97,25. Secara mingguan, Indek mengalami penurunan sebesar 0,5%.
Departemen Tenaga Kerja AS merilis data nonfarm payrolls (NFP) yang naik 263.000 dibandingkan dengan ekspektasi untuk kenaikan 181.000. Meski mengalami kenaikan, namun pertumbuhan upah yang melemah. Hal ini meningkatkan ekspektasi pasar sebelumnya bahwa Federal Reserve kemungkinan akan tetap menahan suku bunganya, meski data -data itu juga tidak mendukung pelonggaran kebijakan moneter.
Tingkat pengangguran turun 2 basis poin menjadi 3,6%, tetapi pendapatan rata-rata per jam, komponen penting untuk mengukur inflasi, naik 0,2%, di bawah ekspektasi para ekonom untuk kenaikan 0,3%. Komponen dari laporan bulanan sektor ketenagakerjaan AS yang beragam tersebut tidak banyak mengalihkan aliran kebijakan The Fed saat ini. Data-data tersebut tidak memberikan alasan bagi Fed untuk segera melakukan pengetatan lagi.
Poundsterling sendiri mampu memanfaatkan pelemahan Dolar AS dengan berakhir naik. GBPUSD berakhir naik 1,04% ke $1,3168, dimana kenaikan juga didorong oleh kabar bahwa pihak oposisi siap untuk membuat kesepakatan Brexit dengan pemerintah ditengah kebuntuan perundingan Brexit. Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn dan Perdana Menteri Theresa May telah melakukan pembicaraan selama beberapa minggu, tetapi kedua pihak masih jauh dari mencapai konsensus.
Mata uang tunggal Eropa, Euro mampu berakhir naik pula dengan kenaikan 0,25% ke $1,200, tetapi kenaikannya dibatasi oleh ketidakpastian yang berkelanjutan tentang apakah blok perdagangan tersebut dapat meningkatkan pemulihan ekonomi pada paruh kedua tahun ini.
Aussie menguat kembali, setelah turun paska data NFP AS. Secara mingguan, Aussie masih mencatat kerugian, secara teknikal pasangan AUDUSD masih berpotensi mengalami tekanan, seiring tingginya minat beli investor terhadap Dolar AS, di tengah sentimen risiko yang masih kuat di pasar.
Yen Jepang sedikit mengesampingkan solidnya data tenaga kerja AS, dengan memberikan tekanan terhadap Dolar AS. Meskipun bursa Jepang masih libur, namun Yen masih mampu memberikan tekanan, seiring melemahnya greenback pasca merilis data PMI sektor jasa yang tidak sesuai harapan. Sementara itu krisis politik di Venezuela, memiliki dampak positif yang kecil terhadap laju permintaan terhadap safe haven Yen. Pasangan USDJPY ditutup turun 0,38% menjadi ¥111,07 karena penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS membebani dolar AS, menopang safe haven yen.