Pada akhir pekan kemarin, harga emas berakhir lebih rendah. Turun selang sehari setelah mencetak kenaikan harga ke posisi tertinggi keduanya. Para investor masih menimbang-nimbang ekspektasi mereka bahwa Federal Reserve akan segera menghentikan kampanye kenaikan suku bunga.
Harga emas memang telah berada di wilayah jenuh beli, yang sejak awal rawan mengalami aksi jual untuk membukukan keuntungan sementara. Sehari sebelumnya, harga emas memang melejit ke level tertinggi sejak 6 Agustus 2020, mendekati penyelesaian tertinggi sepanjang masa di $2.069,40.
Dorongan kenaikan harga emas diperoleh dari melemahnya dolar AS, kekhawatiran resesi, dan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan segera mengakhiri kampanyenya. kenaikan suku bunga telah mendorong permintaan untuk logam mulia. Agar emas bisa menembus harge tertingginya, setidaknya perlu beberapa konfirmasi bahwa Federal Reserve sudah selesai menaikkan suku bunga. Sejauh ini, pasar menyadari ide ini, tetapi masih ada ketidakpastian yang signifikan menyelimutinya.
Sentimen positif didapatkan emas pula dari pembelian yang dilakukan oleh bank-bank sentral. Saat dolar AS melemah, aksi borong emas ini tak terelakkan. Disisi lain, ketakutan akan inflasi tidak akan hilang saat ekonomi masih indikasikan menuju resesi. Begitu juga terjadinya pergeseran geopolitik, yang mengancam untuk melengserkan dolar AS sebagai mata uang cadangan global dan banyak lagi risiko yang tidak diketahui yang berasal dari tingkat yang lebih tinggi.
Memang saat ini masih sulit untuk mengatakan emas siap menembus level tertinggi baru dalam beberapa hari mendatang, atau jika perlu beberapa minggu untuk berkonsolidasi di bawah rekor tertinggi dan kemudian membuat dorongan lebih tinggi lagi. Pasar dalam jangka pendek masih overbought.
Namun, dengan berakhirnya prospek kenaikan suku bunga, inflasi tidak turun ke target 2%, dan ekonomi ingin memasuki fase kontraksi, skenario stagflasi tampaknya mulai berlaku. Ini adalah skenario bullish yang paling bullish untuk emas. Di mana suku bunga riil negatif dan hanya ada sedikit sektor yang melihat pertumbuhan.
Para pialang akan mengawasi data ekonomi AS untuk tanda-tanda perlambatan yang dapat menyebabkan Fed menghentikan atau mengakhiri upayanya untuk menjinakkan inflasi dengan menaikkan suku bunga.
Kenaikan harga emas lebih lanjut akan membuka peluang ke rekor tertinggi, di $2.300 – $2.500, dimana ada potensi untuk melihat kenaikan setinggi $2.7000 setelah sejumlah investor dari Barat bergabung dengan para pembeli emas dari belahan dunia lainnya.
Data yang dirilis Jumat menunjukkan angka penjualan AS di pengecer turun lebih dari yang diharapkan, sebesar 1% pada bulan Maret. Produksi industri AS, bagaimanapun, naik 0,4% pada bulan Maret, di atas ekspektasi Wall Street untuk kenaikan 0,2%. Survei sentimen konsumen dari University of Michigan, sementara itu, naik tipis menjadi 63,5 di bulan April, dari 62 di bulan Maret.
Meskipun emas sedikit melemah terhadap angka penjualan ritel AS yang mengecewakan ini, yang memicu kekhawatiran resesi, namun prospek harga emas tetap bullish. Alasan utama adalah prospek pemotongan suku bunga The Fed pada musim panas ini.