Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. (Foto Istimewa)

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin kembali mengingatkan perang dagang AS – China dapat membahayakan ekonomi dunia. Peringatan itu sejalan dengan apa yang diingatkan oleh IMF dalam pertemuan tahunan IMF-WB di Bali, Indonesia.


AS dan China telah berada dalam pusaran utama Perang Dagang setelah kedua negara itu saling lempar kebijakan bea impor terhadap berbagai produk senilai miliaran dolar AS. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggembar-gemborkan slogan proteksionisme “Make America Great Again”. Sebagai salah satu penerapannya, sang presiden memaksa negara mitra dagang mengurangi defisit perdagangan dengan AS secara signifikan.


IMF menyebut perang dagang AS-China akan menghambat pertumbuhan ekonomi global. Oleh karena itu, IMF menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini dan tahun depan. Dalam laporan World Economic Outlook terbarunya, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 3,7% tahun ini dan tahun depan dari 3,9% yang diperkirakan sebelumnya. Penurunan proyeksi diakibatkan oleh risiko dari memanasnya perang dagang global.


Mnuchin menjelaskan kebijakan yang diambil pemerintahannya. Menurutnya, dorongan kebijakan yang dijalankan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump adalah untuk menghukum Cina dengan tarif agar Beijing mengadopsi praktik perdagangan yang lebih adil.


“Tujuan kami dengan China sangat jelas, untuk memiliki hubungan perdagangan yang lebih seimbang,” kata Mnuchin. “Saya pikir jika kami berhasil. Ini sangat baik untuk perusahaan AS, pekerja AS, Eropa, Jepang, semua sekutu kami yang lain, dan baik untuk China,” ujarnya.


Meski demikian, Mnuchin menambahkan bahwa peringatan-peringatan IMF adalah “lebih banyak alasan bagi Cina untuk terlibat dalam mengatasi masalah-masalah ini dengan kami”.

Banyak pihak berharap, akan ada penyelesaian dalam perang dagang ini. Harapan mengemuka saat ada rencana pertemuan Trump dan Presiden China, Xi Jinping di sela-sela KTT G-20 di Argentina pada Bulan November.


Menanggapi harapan ini, Mnuchin belum berpikir akan ada keputusan yang dapat dibuat dalam pertemuan itu. Sejauh kita bisa membuat kemajuan menuju pertemuan, saya akan mendorong itu dan itu adalah sesuatu yang sedang kita diskusikan. Tapi untuk saat ini, tidak ada prasyarat. Presiden akan memutuskan itu, teagasnya.


Bukan hanya dengan China, Negeri Paman Sam juga berkali-kali mendorong Jepang untuk menyepakati perjanjian dagang bilateral atau tarif impor otomotif akan dijatuhkan. Dalam pandangannya, Gubernur Bank Sentral Jepang, Haruhiko Kuroda mengingatkan perlunya mencurahkan lebih banyak perhatian pada upaya-upaya proteksionisme karena ekonomi global semakin bergantung pada rantai pasokan internasional.

Ditambahkan olehnya, proteksionisme tidak akan menguntungkan perekonomian negara manapun. Hal yang paling penting adalah melanjutkan dialog internasional, ujarnya.
Secara terpisah, Gubernur Bank Sentral China memberikan tanggapannya, pada hari Minggu (14/10) di Bali.

Menurut Gubernur PBOC, Yi Gang, China akan terus berusaha mencari solusi dalam menyelesaikan ketegangan perang dagang tersebut. “Saya kira kami telah menunjukkan bersedia untuk mencari jalan keluar yang konstruktif yang lebih baik dibandingkan perang dagang di mana menciptakan kekalahan bagi semua pihak,” katanya. Lebih jauh dikatakan olehnya bahwa Amerika Serikat perlu menyadari dampak buruk yang signifikan dari ketegangan perdagangan sehingga seluruh dunia bekerja bersama untuk mencari solusi yang membangun.


Gubernur-gubernur bank sentral di dunia menyerukan penghentian ketegangan perdagangan yang saat ini membayangi dunia dan berpotensi memperlambat laju pertumbuhan ekonomi global. Mereka mengkhawatirkan sentimen negatif yang dihasilkan dari konflik dagang global. Gubernur Bank Sentral Prancis, Francois Villeroy de Galhau, menyampaikan perang dagang dapat memberikan dampak langsung, yaitu menurunkan keyakinan dunia usaha, merusak rantai pasokan global, dan menaikkan premi risiko.


Dampak tidak langsungnya di antaranya adalah meningkatnya ketidakpastian dan mendorong langkah protektif dari negara-negara lainnya. Sebagaimana kekhawatiran ini disampaikan oleh Gubernur Bank of Brazil Ilan Goldfajn. “Tidak ada satu orang pun yang akan diuntungkan oleh ketegangan ini. Dampat tidak langsungnya akan menimbulkan ketidakpastian,” ujarnya.
(Lukman Hqeem)