ESANDAR – Bursa saham Asia melemah karena investor terus mencermati kemungkinan intervensi otoritas Jepang untuk menghentikan penurunan yen. Selain itu mereka juga menunggu data inflasi AS yang akan dirilis pada hari Rabu (10/04/2024) untuk mendapatkan petunjuk mengenai pergerakan suku bunga di masa depan.
Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2%, setelah bursa saham AS berakhir dengan sedikit kenaikan. Indek-indek tersebut naik 0,2% sepanjang bulan ini. Di AS, indeks Dow Jones berakhir turun 0,02%, S&P 500 naik 0,1%, sedangkan Nasdaq naik 0,3%.
Sementara itu, Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun yang menjadi acuan berada di 4,3636% dibandingkan dengan penutupan di AS sebesar 4,366% pada hari Selasa. Imbal hasil (yield) obligasi tenor 2 tahun, yang meningkat seiring dengan ekspektasi para pedagang terhadap suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 4,7426% dibandingkan dengan penutupan AS di 4,747%.
Indeks Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,7% di awal sementara indeks blue chip CSI300 Tiongkok datar. Indek saham Nikkei Jepang turun 0,41%. Nikkei ingin menguji 40.000 poin lagi, dengan penurunan yen terlihat membantu mendorong dorongan tersebut. Namun, pelemahan lebih lanjut pada mata uang Jepang dapat mendorong pihak berwenang untuk melakukan intervensi, terutama jika yen menembus level 152 per dolar.
Pelaku pasar akan waspada terhadap potensi intervensi valuta asing dari Kementerian Keuangan Jepang (Kemenkeu) hari ini. Laporan inflasi AS yang kuat akan mendorong penguatan dolar-yen, yang dapat menyebabkan pemerintah Jepang mulai membeli yen.
Di perdagangan Asia pagi ini, dolar turun 0,01% terhadap yen menjadi 151,76. Mata uang ini semakin mendekati level tertinggi tahun ini di 151,97 pada 27 Maret. Mata uang tunggal Eropa datar di $1,0856, naik 0,64% dalam sebulan, sementara indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang mitra dagang utama lainnya, turun di 104,1.
Data harga konsumen AS yang dirilis pada hari Rabu akan diawasi dengan ketat oleh investor saat mereka mencari arahan mengenai pergerakan suku bunga selanjutnya. Data tersebut diperkirakan menunjukkan kenaikan inflasi umum menjadi 3,4% tahun-ke-tahun, dari 3,2% pada bulan Februari.
Pasar mencermati data tersebut untuk dapat menjawab pertanyaan tentang stabiltas inflasi terhadap ekspektasi. Data tersebut akan menunjukkan bahwa tekanan inflasi berkurang secara perlahan.
Prospek penurunan suku bunga AS pada bulan Juni kini sedang dipertimbangkan oleh pasar keuangan, dan angka inflasi dipandang sebagai kunci bagi langkah bank sentral selanjutnya. Pasar dana berjangka The Fed saat ini memperkirakan peluang penurunan suku bunga di bulan Juni sebesar 60%. CPI inti yang kuat sebesar 0,3% untuk bulan tersebut atau lebih dapat meredam kemungkinan penurunan suku bunga di bulan Juni, sehingga menekan imbal hasil AS dan Dolar AS naik tajam.
Namun jika IHK inti di bawah 0,3% untuk bulan tersebut, perkiraan pasar untuk pemotongan bulan Juni mungkin hanya naik sedikit dan USD mungkin sedikit lebih rendah.